Selasa, 10 Agustus 2021


 

Problematika Pembelajaran Jarak Jauh

Diantara faktor yang menjadi jalan suksesnya pembelajaran jarak jauh antara lain adalah

1.       Sarana dan prasarana;

Teknologi merupakan bagian terpenting dalam penerapan pembelajaran daring dikarenakan sistemnya menggunakan layanan internet, teknologi tersebut berupa smartphone dan laptop, biasanya kebanyakkan guru maupun orang tua lebih banyak menggunakan smartphone dibandingkan Laptop karena lebih praktis (Susanto & Akmal, 2019). Dari hasil observasi, wawancara, dan data google form ditemukan beberapa problematika tentang sarana dan prasarana yaitu masih banyak peserta didik yang memiliki latar belakang ekonomi menengah ke bawah, sehingga tidak mampu memiliki fasilitas pendukung berupa teknologi untuk sarana pembelajaran daring, problematika lainya terkadang juga bahwa orang tua memiliki 3 orang yang semuanya menerapkan sistem pembelajaran daring, padahal ia hanya memiliki 1 smartphone saja yang harus digunakan anaknya pada waktu bersamaan, diperkuat dari pernyataan penelitian (Omidinia, 2011) bahwa problematika dan tantangan dalam penggunaan teknologi yaitu ekonomi (kesulitan dalam memenuhi kehidupan sehari-hari ditambah lagi harus menyediakan sarana dan prasarana dalam pemebelajaran daring) dan masalah budaya (penggunaaan teknologi).

Selain itu Letak negara Indonesia beragam yang menyebabkan tidak semua wilayah memiliki akses yang cepat dan sebaran dalam layanan jaringan internet. Sehingga guru dan orang tua sangat kesulitan saat proses pembelajaran. Kunci utama bahwa untuk melakukan pembelajaran daring harus disesuaikan dengan kondisi wilayah setempat. Senada dengan pendapat (Pangondian et al., 2019) yang menyatakan ada beberapa faktor yang menunjang keberhasilan daring yaitu teknologi, kesiapan guru yang secara profesional memahami sistematika pembelajaran daring, kesiapan siswa, kemampuan serta percaya diri dalam pelaksanaanya.

 


2.       Kurangnya pemahaman orang tua maupun guru

Orang tua merupakan faktor penting dalam membantu anak belajar dari rumah seperti membacakan buku cerita yang mendidik, membantu menjelaskan tugas yang diberikan oleh guru, membimbing anak jika mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugasnya. Namun bagaimana jika orang tua tidak memahami tugas maupun pembelajaran anak usia dini? Dan bagaimana orang tua memahami cara menggunakan aplikasi gadget yang diterapkan saat proses pembelajaran daring?, hal tersebut memiliki problematika yang harus diatasi. Hasil yang terjadi di lapangan berdasarkan wawancara dan google form yang telah diisi orang tua menunjukkan bahwa orang tua tidak memahami tugas dan pembelajaran yang diberikan oleh guru sehingga orang tua sulit menjelaskan kepada anak, hal tersebut bisa terjadi dikarenakan ada beberapa faktor penyebabnya yaitu saat pembelajaran berlangsung secara normal, orang tua kurang berpasrtisipasi dan Pendidikan terakhir orangtua yang masih rendah. Sehingga tingkat pemahaman orangtua masih rendah dalam penggunaan aplikasi belajar secara daring, orangtua biasanya lebih paham menggunakan aplikasi WhatsApp dikarenakan lebih praktis dan mudah.

3.       Ketidaksiapan guru maupun orang tua yang ditinjau dari segi waktu, media pembelajaran, Komunikasi, maupun biaya

                Ketidaksiapan guru dan orang tua menjadi problematika penting dalam menggunakan pembelajaran daring. Ada beberapa faktor yang membuat guru maupun orang tua tidak siap dalam menjalani pembelajaran daring diantaranya: Waktu, Tidak semua orangtua dapat membimbing atau memantau anaknya. Walaupun pemerintah menganjurkan kepada masyarakat untuk selalu berada di rumah, tetapi untuk lokasi yang berada di zona hijau, masyakat termasuk orang t ua yang memiliki anak usia dini harus bekerja dengan tetap mematuhi protocol Kesehatan. Maka dari itu sangat tidak memungkinkan untuk pelaksanaan pembelajaran menyamakan waktu setiap anak. Orang tua juga harus membagi waktu antara pekerjaan rumah dan saat membimbing anak saat pembelajaran online. Sehingga orangtua memiliki kesulitan, dan terkadang orang tua menyarankan kepada guru saat menggunakan pembelajaran daring sebaiknya hanya memberikan penugasan saja, karena memudahkan orang tua dalam membimbing anaknya kapanpun, orang tua memiliki waktu luang. Hal ini sependapat dari hasil penelitian (Andika Sari, 2017) yang menyatakan bahwa ada sekitar 43% seorang ibu yang berangkat untuk bekerja pukul 06.00-08.00 dan Kembali pulang ke rumah sekitar pukul 17.00-18.00, bahkan ada 19% yang lewat dari pukul 20.00. sehingga dapat dikatakan ibu berada dirumah saat anak sedang tidur dan Kembali saat anak mau menjelang tidur atau sudah tidur.

4.      Media pembelajaran

Merupakan salah satu bagian terpenting dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan. Dari data yang ditemukan saat menggunakan pembelajaran daring guru harus menyiapkan media yang tepat yaitu dengan penunggunaan aplikasi zoom, google meet, whatsapp, dan youtobe dan juga harus menyiapkan media pembelajaran audio visual yang dapat dilihat saat anak berada di rumah Namun, guru memilki problematika yaitu kurang memahami cara penggunaan aplikasi dan dalam pembuatan media pembelajaran audio visual yang diuploud ke aplikasi yang telah ditentukan, hal ini dikarenakan usia guru yang sudah berumur sehingga kurang mengenal teknologi (Herliandry et al., 2020) serta kurangnya keterampilan dan pengetahuan guru tentang media pembelajaran berbasis teknologi (UNESCO, n.d.), begitupula pada problematika orang tua yang tidak dapat mengoperasikan media komunikasi internet yang sesuai saat pembelajaran, Sehingga dampak dari ketidaksiapan orang tua dan guru menimbulkan stress dan kecemasan yang berlebihan, hal ini terjadi bukan hanya di Indonesia saja tetapi dibelahan dunia (UNESCO, 2020).

 


Gerakan Literasi Sekolah (GLS) memperkuat gerakan penumbuhan budi pekerti sebagaimana dituangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015. Salah satu kegiatan di dalam gerakan tersebut adalah kegiatan 15 menit membaca buku nonpelajaran sebelum waktu belajar dimulai. Kegiatan ini dilaksanakan untuk menumbuhkan minat baca peserta didik serta meningkatkan keterampilan membaca agar pengetahuan dapat dikuasai secara lebih baik. Materi baca berisi nilai-nilai budi pekerti, berupa kearifan lokal, nasional, dan global yang disampaikan sesuai tahap perkembangan peserta didik.Gerakan Literasi Sekolah (GLS) diharapkan mampu menggerakkan warga sekolah, pemangku kepentingan, dan masyarakat untuk bersama-sama memiliki, melaksanakan, dan menjadikan gerakan ini sebagai bagian penting dalam kehidupan. Mengacu pada metode pembelajaran Kurikulum 2013 yang menempatkan peserta didik sebagai subjek pembelajaran dan guru sebagai fasilitator, kegiatan literasi tidak lagi berfokus pada peserta didik semata. Guru, selain sebagai fasilitator, juga menjadi subjek pembelajaran. Akses yang luas pada sumber informasi, baik di dunia nyata maupun dunia maya dapat menjadikan peserta didik lebih tahu daripada guru. Oleh sebab itu, kegiatan peserta dalam berliterasi semestinya tidak lepas dari kontribusi guru, dan guru sebaiknya berupaya menjadi fasilitator yang berkualitas. Guru dan pemangku kebijakan sekolah merupakan figur teladan literasi di sekolah.



Tujuan Umum Gerakan Literasi Sekolah (GLS) adalah menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan ekosistem literasi sekolah yang diwujudkan dalam Gerakan Literasi Sekolah agar mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat.Tujuan Khusus Gerakan Literasi Sekolah (GLS) adalah: (a) menumbuhkembangkan budaya literasi di sekolah. (b) Meningkatkan kapasitas warga dan lingkungan sekolah agar literat. (c) menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan dan ramah anak agar warga sekolah mampu mengelola pengetahuan. (d) menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan menghadirkan beragam buku bacaan dan mewadahi berbagai strategi membaca. Adapun prinsip-prinsip gerakan literasi sekolah yakni :

1. Sesuai dengan tahapan perkembangan peserta didik berdasarkan karakteristiknya

2. Dilaksanakan secara berimbang; menggunakan berbagai ragam teks dan memperhatikan kebutuhan peserta didik

3. Berlangsung secara terintegrasi dan holistik di semua area kurikulum

4. Kegiatan literasi dilakukan secara berkelanjutan

5. Melibatkan kecakapan berkomunikasilisan

6. Mempertimbangkan keberagaman

 

Merujuk pada kedua tujuan diatas bahwa Gerakan Literasi Sekolah (GLS) harus dilaksanakan secara kolaboratif oleh seluruh komponen yang ada di sekolah maupun masyarakat diluar sekolah. Artinya GLS harus mampu menggerakan seluruh komponen internal maupun eksternal sekolah. Seiring kemajuan teknologi gerakan literasi ini tidak sekadar kegiatan membaca dan menulis saja, namun mencakup kepada kemampuan seseorang mengadopsi informasi dari berbagai sumber baik audio, video, cetak ataupun elektronik.

Pembelajaran berbasis budaya literasi akan mengondisikan peserta didik untuk menjadi seorang literat. Peningkatan kemampuan literasi dalam belajar sejalan dengan tujuan pendidikan, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Depdiknas, 2003). Pemerolehan tujuan ini dapat dilakukan siswa jika mereka telah menjadi sosok literat. Para siswa memiliki bekal literasi dalam dirinya sehingga mampu melengkapi diri dengan kemampuan yang diharapkan.

Dalam rangka mengimplementasikan Gerakan Literasi Sekolah (GLS), maka sekolah bisa mengukur dan merencanakan tentang kegiatan literasi seperti apa yang bisa diterapkan. Hal ini tentu tergantung kepada sarana dan prasarana pendukung disebuah sekolah. Sementara itu seluruh warga sekolah harus punya komitmen dan keteladanan terhadap seluruh peserta didik tentang upaya menjadikan sekolah sebagai lingkungan yang literat sehingga prilaku warga sekolah bermartabat.

 

 



 

Pembelajaran Di Era Digital

Perlu mendapat perhatian bahwa pembelajaran merupakan aktivitas yang berbeda dengan pengajaran, jika pengejaran adalah aktivitas yang dipelopori dan didoniminasi oleh seorang pendidik, maka pembelajaran adalah aktivitas yang disajikan oleh pendidik dan kemudian diarahkan sepenuhnya untuk dimanfaatkan oleh peserta didik dalam menggali, mengelola dan mengembagkan wawasan dan pengetahuan baru. Bagi pendidik, fokus pada frame work ini perlu diperhatikan agar tidak terjadi disorientasi pada setiap aktivitas belajar di kelas yang akan dilaksanakan bersama. Kualitas pembelajaran bisa disajikan dengan adanya kerja sama yang konstruktif antara guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik.

Bagi seorang pendidik, kemampuan menyajikan materi baru perlu dimiliki dengan sangat baik, jika tidak maka peserta didik akan cederung lebih cepat bosan karena materi yang ditampilkan tidak mimiliki nilai kebaruan. Inilah yang membedakan cara belajar siswa milineal dengan cara belajar siswa dahulu. Materi yang tersusun dalam kurikulum secara ensensial memang tidak banyak mengalami perubahan, akan tetapi dalam kasus dan contoh yang ditampilkan di ruang belajar harus aplikatif dan memiliki nilai kebaruan. Nuansa ini penting diciptakan agar siswa lebih cepat menangkap dan memahami tema yang sedang dipelajari. Perlu diingat bahwa gaya belajar siswa kini cenderung berpola convergen, siswa memiliki kencederungan untuk menggali informasi secara acak dan jauh di luar apa yang ia inginkan.






Dari berbagai instrumen yang ada, adanya persamaan kurikulum dalam berbagai tingkatan pendidikan di Indonesia yang diberlakukan secara Nasional mestinya dapat dimanfaatkan oleh seorang pendidik agar dapat mengoptimalkan kemampuan peserta didik. Dalam proses pembelajaran siswalah yang menjadi fokus kegiatan selama proses belajar mengajar berlangsung. Karenanya desin kurikulum yang ada harus dapat diterjemahkan oleh seorang pendidik pada tataran yang praktis, mudah, measureble dan bersifat elastis dan dialektis. Jika kurikulum bersifat kaku akan membatasi ruang “gerak” siswa dalam mengembangkan potensi kognitif, spikomotor juga potensi afeksinya. Siswa pada posisi ini menjadi subjek yang diarahkan untuk menemukan dan memahami materi pelajaran, dengan adanya pendekatan ini siswa tidak lagi harus menunggu informasi dari guru, melainkan siswa memiliki ruang untuk menemukan wawasan baru dengan desain dan materi yang telah dirancang sebelumnya oleh guru.

Selanjutnya, pembiasaan belajar secara mandiri perlu dikembangkan dan diinternalisasikan pada siswa. Dengan segala potensi dan daya dukung yang dimiliki oleh siswa kemandirian belajar perlu didukung dan diarahkan oleh seorang pendidik. Kemandirian dalam belajar bukan berarti melepaskan tanggung jawab pendidik dalam membimbing dan memfasilitasi peserta didik dalam belajar, akan tetapi hal ini dimaksudkan untuk menstimulasi tanggung jawab, kreativitas dan membangun kemampuan berfikir logis dan kritis. Dengan pendekatan seperti ini, aktivitas belajar siswa di era digital akan menemukan satu pola yang terstruktur dan dapat berkesinambungan dengan alur kurikulum yang telah ditentukan.

Perubahan paradigma dalam proses KBM harus berubah, jika dahulu kebiasan belajar mengajar karena adanya guru yang mengajar di kelas saat ini harus bergeser bahwa kegiatan belajar mengajar adalah untuk memfasilitasi tumbuh kembangnya potensi siswa. Ini akan memiliki implikasi yang berbeda, jika pengajaran hanya didominasi oleh guru maka target dan strategi hanya sebatas dengan kemampuan yang dimiliki oleh guru. Akan tetapi jika proses KBM difokuskan pada kegiatan pembelajaran, maka seorang guru akan bekerja keras untuk menemukan berbagai metode dan teknik agar proses KBM dapat dinikmati oleh seluruh siswa. Dengan perubahan pendekatan dan strategi yang digunakan, maka pendekatan pembelajaran akan melahirkan peserta didik yang terbiasa berfikir konstruktif, kritis dan dapat menemukan jawaban atas perseoalan yang dijumpai selama proses KBM berlangsung.

Kemajuan teknologi dalam pembelajaran idealnya dapat dimanfatkan oleh pendidik dalam meningkatkan potensi peserta didik, bukan sebaliknya. Kemampuan menggunakan teknologi informasi antara siswa milenial dengan masa sebelumnya tentu berbeda. Sehingga dengan bekal pengusaan teknologi informasi ini dapat dijadikan sebagai nilai tambah dalam menunjang kegiatan belajar siswa di kelas. Jika pendekatan ini dapat dimentenence dengan baik maka siklus kegiatan belajar mengajar akan berjalan lebih cepat dengan variasi kegiatan yang lebih variatif. Bukan sebaliknya, karena keterbatasan seorang pendidik dalam menggunakan teknologi informasi lalu membatasi gerak siswa dalam menggunkannya.



Pendekatan pembelajaran di era digital seharusnya memberikan ruang bagi siswa untuk belajar seketika (immediacy of learning). Hal ini dapat mengurangi jurang pemisah antara di dalam dan di luar sekolah. Perlu diperhatikan gaya belajar siswa era digital bukan saja meneliti dan mengamati objek yang hanya ada di ruang kelas, akan tetapi mereka juga terbiasa menyimpan dan mengumpulkan berbagai informasi yang diperoleh dari ruang-ruang selain ruang kelas. Selain itu, siswa di era milenial juga terbiasa mengungkapkan pengetahuannya secara langsung tanpa perlu dikonsep atau dipersiapkan terlebih dahulu seperti siswa-siswa pada masa sebelum ini. Perpaduan kemampuan baru ini tentu membutuhkan konsep pendekatan yang tepat agar keberadaan siswa di kelas dianggap penting sehingga siswa memiliki semangat dan spirit tinggi untuk menyelesaikan tugas belajarnya dengan lebih baik.

Dengan strategi pembelajaran yang tepat, memungkinkan penyajian materi pelajaran lebih luas. Hal ini karena adanya link and mach antar guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, sehingga dengan ketepatan pola yang dikembangkan potensi siswa sebagai peserta didik dapat melesat bahkan dapat menembus ruang pengetahuan yang langka. Dengan keleluasaan model pembelajaran yang dikembangkan oleh guru kepada siswanya akan dapat menembus ruang-ruang geografi keilmuan yang semula hanya dapat ditemui dan diperoleh dengan mendatanginya secara langsung, namun dengan pendekatan semacam ini, ruang geografi keilmuan akan dapat ditembus tampa mendatanginya secara langsung. Sekali lagi model pengajaran dan pembelajaran memiliki fokus dan lokus yang berbeda, sehingga penting bagi guru sebgai pendidik untuk mengambil peran dan memanfaatkannya dengan cermat

Kamis, 01 April 2021


 

Ini adalah salah satu sudut kegiatan anak-anak saya, iya walau sejatinya saya belum menikah, tapi mereka semua adalah anak-anak ideologis kami.


Kegiatan rutin santri PTPM Al Huda Cawan setiap hari Sabtu pagi adalah tasmi' (menyetorkan hafalan) yang kami namai agenda ini dengan Syiarul Qur'an, yaitu setiap santri di bagi menjadi 5 kelompok kemudian pergi ke masjid-masjid se cawan guna menyetorkan hafalan nya kepada masyarakat. 

Kegiatan ini bertujuan untuk menjalin kedekatan dan kepedulian pondok pada masyarakat, karena kami ketahui juga bahwa pondok kami ini adalah pondok yang sudah menjadi cita-cita dan impian masyarakat Cawan terdahulu. 

Dan terbukti dengan respon masyarakat yang sangat antusias dengan acara tersebut, dari anak - anak hingga yang paling tua pun juga hadir untuk menyimak hafalan mas-mas pondok, seperti kata mereka. 

Adapun santri menyimakkan hafalan nya sebanyak satu juz, dengan digilir secara bergantian dan juz yang berbeda setiap minggu nya.

Sabtu, 13 Juli 2019

Negri Tercerdas di Dunia



Dikisahkan oleh salah seorang guru kami tentang sebuah negeri yang paling cerdas dimuka bumi. Negeri tersebut bukanlah negeri adidaya, bahkan disana fasilitas hidup saja masih sangat minim. Negeri tersebut terletak di benua afrika tepatnya ialah Meuritania. Beliau guru kami berkisah tentang negri tempat beliau belajar, disebutkan bahwa di sana orang-orang yang hafal kamus itu biasa, apalagi halafan al qur’annya.
Disebutkan juga bahwa di sana seorang ibu rumah tangga mampu menghafal tafsir Jalalain dengan hanya sekali membaca. Bahkan disana suatu ketika pernah dikumpulkan buku-buku dari banyak cabang ilmu, kemudian berkata salah seorang “Jikalau buku ini dibakar niscaya kami mampu mengembalikannya dengan hafalan kami”.

Kecerdasaan yang mereka miliki bukanlah semata-mata keistimewaan  sejak lahir, namun murni karena ketelatenan mereka. Dikisahkan bahwa proses hafalan Al Qur’an disana maksimal adalah 2 lembar setiap harinya, kemudian mereka diwajibkan mengulang hafalan tersebut hingga 500 kali. Hal tersebut berlaku untuk semua murid baik yang memiliki kecerdasan lebih ataupun tidak.
“Sungguh nampak seperti sebuah cerita tapi semua itu nyata”. Kata guru kami. Beliau juga menunjukan perbedaan antara Ulama Al Ahzar dengan ulama Mauritania. Beliau menyebutkan bahwa Ulama al Ahzar adalah ulama nahar (siang), dalam artian mereka bisa menyampaikan ilmu dengan keberadaan buku. Dan ulama Mauritania dengan sebutan ulama lail (malam) dalam artian tanpa bukupun mereka mampu menyampaikan ilmunya.

Dhimas Fath




Kamis, 16 Agustus 2018

Rabu, 16 Mei 2018

Khusu' dalam Sholat - Terjemahan Karya Syaikh Abdullah bin Jaarullah





Pendahuluan
Segala puji hanya milik Allah, Robb Semesta Alam. Yang telah menurunkan Al-Qur’an sebagai mu’jizat Rosul terakhir-Nya. Sebuah kitab yang tidak memiliki keraguan di dalamnya, yang tidak mungkin ada seorangpun yang mampu membuat semisalnya meskipun seluruh makhluk bekerja sama untuk menandinginya.
            Semoga sholawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Rosulullah Muhammad shollallahu ‘alaihi wa sallam. Seorang manusia yang mampu berakhlak dengan Al-Qur’an serta mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata. Semoga kita semua dimasukkan ke dalam kelompok umatnya yang setia sampai akhir zaman.
            Sholat merupakan salah satu bentuk ibadah paling urgen di dalam ajaran Syari’at Islam. Bahkan yang meninggalkannya diancam dengan kekafiran oleh Rasulullah . Dan salah satu bentuk rasa perhatian kita terhadap ibadah ini adalah dengan berusaha meleksanakannya dengan sebaik mungkin. Dengan menyempurnakan seluruh rangkaian rukun dan sunnahnya serta menghadirkan rasa khusyu’ di dalamnya.
            Masalah khusyu’ di dalam sholat bukanlah masalah baru bagi kaum muslimin. Para Ulama terdahulu telah banyak membahasnya di dalam kitab-kitab yang mereka buat. Karena memang menghadirkan khusyu’ di dalam sholat bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan.
            Tulisan ini hanyalah sebuah terjemahan dari sebuah kutaib (buku kecil) yang berjudul asli “Al-Khusyu fii Ash-Sholah” yang ditulis oleh Syaikh Abdullah bin Jaarillah. Kami berharap tulisan ini dapat sedikit memberikan gambaran mengenai khusyu’ di dalam sholat dan bagaimana cara-cara untuk menggapainya. Tentunya kekurangan masih banyak ditemukan di setiap sudut tulisan ini, maka kritik dan saran yang membangun sangat kami tunggu kehadirannya.


Abdullah Arrasyid

Khusyuk di Dalam Sholat, Hadirnya Hati di Dalamnya dan Menghilangkan Bisikan Syaitan
Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan sholat sebagai tiang agama dan menjadikannya sebagai tali ikatan yang kuat antara seorang hamba dan Rabbnya. Sholawat nan salam semoga selalu terlimpah kepada Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wa sallam, para keluarganya, serta semua sahabat-sahabatnya.
Sesungguhnya yang dimaksud dengan khusyu’ adalah ketundukan, merasa hina dan ketenangan ketika melakukan suatu hal. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ (1) الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ (2)
“beruntunglah orang-orang beriman, yaitu mereka yang mampu melaksanakan sholat dengan khusyuk” (Q.S. Al-Mu’minun : 1-2)
Maksud dari ayat ini adalah sungguh telah menang, berbahagia, dan sukses kaum muslimin yang mampu mensifati dirinya ketika melaksanakan sholat dengan sifat yang telah Allah sebutkan di dalam ayat kedua dari surat Al-Mu’minun tersebut, yaitu sifat khusyu’.
            Adapun pengertian dari khusyu di dalam Sholat adalah menghadirkan hati di dalamnya dan meluruskan niat hanya untuk Allah semata, sebagai bentuk pengagungan dan kecintaan kepada-Nya, serta merasa takut dari siksanya, mengharapkan pahalanya dan merasakan kedekatan-Nya. Sehingga menjadikan hati dan jiwanya merasa tenang di dalam sholat dan menjadikan seluruh gerakan sholatnya lebih teratur, tenang dan santai. Juga merasa selalu diawasi dari setiap yang diucapkan dan dilakukan di dalam sholatnya dari awal hingga akhir sehingga perasaan itu mampu membendung setiap bisikan syaitan dan menghilangkan fikiran-fikiran yang datang ketika sholat. Khusyu’ adalah ruh sholat dan tujuan terbesar dari sholat itu sendiri sehingga orang yang sholat tanpa adanya kekhusyukan bagaikan orang mati tanpa adanya ruh.

Khusyu’nya Hati
            Pondasi kekhusyu’an adalah khusyu’nya hati, yang mana hati merupakan pengendali dari seluruh anggota badan yang lainnya. Maka apabila hati telah khusyu’ akan secara otomatis khusyu’ pulalah seluruh anggota badan lainnya. Suatu ketika Sa’id bin Musayyib melihat seorang pemuda yang tidak serius dengan sholatnya, kemudian beliau berkata:
لو خشع قلب هذا لخشعت جوارحه
“Seandainya hati pemuda itu khusyu’ tentu akan khusyu’ pula seluruh anggota badannya” (di dalam kitab Syarhu Sunnah)

Antara Syaitan dan Khusyu’
            Tidaklah diterima sholat seorang hamba melainkan dia harus menghadirkan hati dan akalnya di dalamnya. Sedangkan syaitan sangat ingin menjadikan seorang hamba tidak mau melaksanakan shalat sehingga akan masuk ke dalam neraka. Maka ketika ada seorang hamba sedang melaksanakan shalat, syaitan akan berusaha sekuat tenaga untuk membiskikkan hal-hal yang bisa membatalkan sholatnya atau mengurangi kekhusyu’an di dalam sholatnya. Sebagaimana di dalam hadits:
إِنَّ الْعَبْدَ لَيُصَلِّي فَمَا يُكْتَبُ لَهُ إِلَّا عُشْرُ صَلَاتِهِ، فَالتُّسْعُ، فَالثُّمْنُ، فَالسُّبْعُ، حَتَّى تُكْتَبَ صَلَاتُهُ تَامَّةً (النسائي)
“sesungguhnya ada di antara seorang hamba yang melakukan sholat namun tidak ditulis pahala baginya kecuali hanya 1/10 nya saja, atau 1/9 atau 1/8 atau 1/7 dari sholatnya sampai ada yang dituliskan pahala sholatnya secara sempurna.” (H.R. Nasa’i)
            Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wa sallam dengan sifat lemah lembutnya telah mengajarkan kepada umatnya untuk membangun senjata yang kuat guna membentengi diri dari musuh yang nyata yaitu syaitan. Contohnya sebagaimana ketika seorang muslim keluar dari rumahnya diperintahkan untuk membaca doa:
بِسْمِ اللهِ, آمَنْتُ بِالله, اِعْتصَمْتُ بِالله, توكلت على الله ولا حول ولا قوة إلا بالله
“Dengan menyebut nama Allah, Aku beriman kepada Allah, telah Aku serahkan segala urusan kepada Allah karena tiada daya dan upaya kecuali atas pertolongan-Nya”
            Jika seorang hamba berkata demikian maka Allah akan berkata kepadanya, “Aku telah memberikan hidayah kepadamu, Aku telah menjagamu dan mencukupimu” sehingga para syaitan akan menyingkir dari hamba tersebut. (H.R. Abu Dawud, Tirmidzi dan Nasa’i)
            Demikian pula ketika seorang hamba yang hendak masuk masjid diperintahkan untuk berdoa:
أعوذ بالله العظيم وبوجهه الكريم وبسلطانه القديم من الشيطان الرجيم
“Aku berlindung kepada Allah yang Maha Agung, dan dengan wajah-Nya yang mulia dan dengan kekuasaan-Nya yang abadi dari godaan syaitan yang terkutuk”
Maka apabila seorang hamba mengakatan demikian syaitan akan berkata “sungguh dia telah terjaga dariku sepanjang hari ini.” (Hadits hasan riwayat Abu Dawud).
            Maka sama halnya dengan sholat, hendaknya seorang hamba memulai melaksanakan sholat dengan perasaan menghadirkan Rabbnya di hadapannya, kemudian setelah membaca bacaan istiftah diiringi dengan do’a:
أعوذ بالله السميع العليم من الشيطان الرجيم
“Aku berlindung kepada Allah yang Maha Mendengar dan Maha Mengetahui dari godaan syaitan yang terkutuk”
            Setelah itu hendaknya seseorang yang sedang melaksanakan sholat disibukkan fikirannya dengan apa yang sedang dibaca, dikerjakan dan didengar apabila dia sebagai ma’mum.

          Ciri-Ciri Fisik Orang yang Khusyu’
            Diantara ciri-ciri fisik orang yang khusu’ di dalam sholatnya adalah sebagai berikut:
1.      Tangan kanan menggenggam pergelangan tangan kiri
2.      Memandang ke arah tempat sujudnya dan haram hukumnya memandang ke arah langit (atas)
3.      Tidak melirik ke arah kanan atau kiri
4.      Tidak memperbanyak gerakan yang tidak diperlukan dengan bermain-main atau sibuk dengan pakaiannya dan semua hal yang sejenisnya (peci, mukena, dll)
5.       Tidak membunyikan persendian jari-jari dan menggabungkan (menyilangkan) jari-jari tangan.
            Karena semua hal yang telah kami sebutkan diatas menggambarkan ketidak khusyu’an seseorang. Ibnu Abbas rodhiyallahu ‘anhu berkata:
ركعتان في تفكر خير من قيام ليلة والقلب ساه (شرح السنة)
“dua rokaat sholat dengan penuh kekhusyu’an itu lebih baik dari pada sholat semalam suntuk tapi hatinya lalai” (kitab syarh sunnah)
Salman Al-Farisi mengatakan,
الصلاة مكيال فمن وفى وفي له ومن طفف فقد علمتم ما قال الله فى المطففين (شرح السنة)
“sholat itu bagaikan timbangan, maka sapa saja yang memenuhi takaran timbangannya maka dia juga akan mendapat takaran yang penuh. Namun siapa saja yang menguranginya, tentunya kalian sudah mengetahui apa yang Allah katakan di dalam surat Al-Muthofifin, (celakalah orang-orang yang mengurangi takaran timbangan, {Al-Muthofifin ayat ke-1})”
            Dan Rasulullah ﷺ telah menyampaikan di dalam haditsnya, “seburuk-buruk orang yang mencuri adalah pencuri sholatnya sendiri” (H.R. Imam Ahmad). Yaitu adalah orang-orang yang tidak menyempurnakan ruku’nya dan sujudnya dan tidak menyempurnakan bacaan Al-Qur’an di dalamnya. Di dalam hadits lainnya Rasulullah ﷺ bersabda,
إن الله ينصب وجهه لوجه عبده في صلاته ما لم يلتفت (رواه الترمذي)
“sesungguhnya Allah senantiasa mengarahkan wajahnya untuk memperhatikan wajah hambanya di dalam sholatnya selama hamba tersebut tidak melirik.” (H.R. Tirmidzi)
            Makna “melirik” yang dilarang ketika sholat ada dua, pertama adalah melirik yang dilakukan hati, artinya hatinya tidak fokus dan khusyu’ kepada Allah. sedangkan kedua adalah meliriknya mata dan melihat ke arah lain selain arah tempat sujud. Dan Allah akan senantiasa memperhatikan hambanya yang sedang sholat selama hamba tersebut juga fokus dengan sholatnya. Namun apabila hati seorang hamba tersebut sudah berpaling dan memikirkan selain Allah ketika sholatnya maka Allah juga akan berpaling darinya.
            Nabi Muhammad ﷺ pernah ditanya tentang seorang hamba yang melirikkan pandangannya ketika sholat, maka nabipun menjawab, “itu adalah sebuah curian yang dilakukan syaitan atas seorang hamba dari sholatnya” (H.R. Bukhari dan Muslim). Dalam riwayat yang lainnya Nabi ﷺ mengatakan, “janganlah kalian mengalihkan pandangan (melirik) ketika sholat! Karena hal itu menghancurkan” (H.R. Tirmidzi).
            Sesungguhnya seorang manusia diantara kita apabila hendak bertemu dengan seorang raja atau seorang pemimpin tentunya dia akan berpenampilan paling baik, dan menemuinya dengan penuh ketundukan dan kepatuhan. Dia akan mendengarkan dan menyimak baik-baik apa yang disampaikan sang raja. Dan itu baru seorang raja, padahal seorang yang melakukan sholat pada hakikatnya dia sedang menghadap Allah subhanahu wa ta’ala, Raja dari semua raja. Yang pada saat itu Allah sedang memperhatikan apa yang diucapkan di dalam sholatnya, dan mengetahui apa yang tersembunyi di dalam hatinya. Maka hendaknya seorang hamba melakukannya dengan penuh rasa tunduk dan patuh, serta mengiringinya dengan cinta, rasa takut tidak diterima sholatnya dan berharap sholatnya diterima.
            Sesungguhnya sholat dengan segala rukunnya merupakan salah satu dari konsekuensi dari keimanan kita kepada Allah dan ketaatan kita kepada-Nya. Semata-mata karena menjalankan perintahn dan meninggalkan laranagn-Nya. Dan kita berusaha seumur hidup kita gunakan hanya untuk beribadah kepada-Nya, di setiap tempat dan di setiap waktu yang kita miliki.

          Tingkatan Khusyu’
            Imam Ibnul Qoyyim Al-Jauzi di dalam kitabnya “Al-Wabil Ash-Shoyyib minal Kalimi Ath-Thoyyib” mengatakan bahwa tingkatan manusia ketika melaksanakan sholat ada lima;
            Pertama; tingkatan orang-orang yang mendzolimi dirinya sendiri. Yaitu orang-orang yang tidak sempurna di dalam wudhunya, mengulur-ulur waktu pelaksanaannya, dan tidak memperhatikan batasan-batasan serta rukun-rukunnya. Orang-orang ini adalah orang-orang yang celaka, sebagaimana yang Allah sampaikan di dalam surat Al-Ma’un.
            Kedua; yaitu orang-orang yang menjaga waktu dan cara pelaksanannya, juga menyempurnakan wudhu dan setiap rukunnya, namun dia tidak bisa mengendalikan hatinya dan fikirannya melayang terbawa bisikan syaitan. Mereka sholat namun tidak mendapatkan pahala apapun, kecuali hanya sebagai penggugur kewajiban saja.
            Ketiga; yaitu orang-orang yang menjaga waktu dan cara pelaksanannya, juga menyempurnakan wudhu dan setiap rukunnya. Dan sepanjang sholatnya dia selalu berusaha dan berjuang untuk membendung bisikan syaitan, agar syaitan tidak mampu mencuri sebagian dari sholatnya. Maka dalam kondisi ini seorang hamba memperoleh pahala dan jihad karena berjuang melawan hawa nafsunya. Mereka mendapatkan pahala sesuai kadar kekhusyu’an di dalam sholatnya.
            Keempat; yaitu orang-orang yang mampu melaksanakan sholat dengan menyempurnakan setiap rukun dan hak-hak sholat. Dan hatinya tenggelam di dalam kekhusyu’an sebagaimana yang telah diperintahkan Allah dan Rosul-Nya. Mereka mendapatkan pahala penuh karena mempu menghadirkan kekhusyu’an selama sholatnya.
Kelima; yaitu siapa saja yang ketika berdiri untuk sholat, dia mampu meletakkan hatinya di hadapan Allah subhanahu wa ta’ala. Dia senantiasa merasa Allah mengawasinya secara langsung, sehingga mampu memenuhi hatinya dengan rasa cinta kepada-Nya, mengagungkan-Nya, bahkan seakan-akan dia mampu menyaksikan Allah subhanahu wata’ala. Dan inilah kualitas sholat yang paling sempurna.
Orang-orang inilah yang mendapatkan gelar hamba yang dekat dengan Rabbnya, karena mereka memeliki keistimewaan mampu menjadikan sholat sebagai penyejuk matanya dan tempat istirahat dari kelelahannya. Sebagaimana yang Rasulullah ﷺ sampaikan kepada Bilal bin Robbah rodhiyallahu ‘anhu, “ya Bilal! Istirahatkanlah kami dengan sholat!” (H.R. Imam Ahmad)
Di dalam hadits yang lain Rasulullah ﷺ mengatakan,
عَنْ أَنَسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «حُبِّبَ إِلَيَّ النِّسَاءُ وَالطِّيبُ، وَجُعِلَتْ قُرَّةُ عَيْنِي فِي الصَّلَاةِ»
Dari sahabat Anas bin Malik bahwasannya Rasulullah ﷺ bersabda, “aku dibuat cinta terhadap wangi-wangian dan wanita, dan dijadikan sholat sebagai penyejuk mataku” (H.R. An-Nasa’i).
            Siapapun yang mampu menjadikan Allah sebagai penyejuk matanya maka Allah akan menjadikan dia sebagai penyejuk mata seluruh manusia. Namun sebaliknya, siapa yang tidak bisa menjadikan Allah sebagai penyejuk matanya, maka dia akan terlempar ke dalam jurang dunia yang merugikan.
            Sesungguhnya seorang hamba hanya akan dikuatkan menghadapi seluruh bisikan syaitan ketika dia mampu membendung dan mengendalikan hawa nafsunya. Sebaliknya, kalau sang hamba tidak mampu mengendalikan hawa nafsunya maka syaitan akan duduk tenang di dalam hatinya. Maka bagaimana mungkin dia bisa terlepas dari bisikan syaitan sedangkan syaitan sedang bersarang di dalam hatinya???

          Sebab-sebab diterimanya sholat
            Sebagian Ulama mengatakan agar sholatnya seorang hamba diterima oleh Allah subhanahu wata’ala hendaknya memenuhi empat syarat.
حضور القلب, وشهود العقل, وخضوع الأركان, وخشوع الجوارح
“hadirnya hati, sadarnya fikiran, sempurnanya gerakan, dan khusyu’nya anggota badan”
Siapa saja yang melaksanakan sholat tanpa menghadirkan hati, maka dia adalah orang yang sedang bermain-main. Siapa saja yang melaksanakan sholat tanpa menghadirkan akal maka dia adalah orang yang lupa, Siapa saja yang melaksanakan sholat tanpa menyempurnakan gerakannya dia tidak menghayatinya, Siapa saja yang melaksanakan sholat tanpa khusyu’nya anggota badan maka dia adalah orang yang salah di dalam sholatnya. Namun siapa saja yang melaksanakan sholat dengan memenuhi empat syarat diatas, dialah yang sholatnya sempurna.
Rasulullah pernah berkata kepada seseorang yeng meminta nasehat kepada beliau dengan nasehat yang ringkas, “sholatlah dengan sholat terakhir” (H.R. Ibnu Majah). maksud dari perkataan Rasulullah ini adalah, hendaknya ketika kamu melaksanakan sholat maka sempurnakanlah sholatmu seakan-akan ini adalah sholat terakhir di dalam hidupmu.

          Antara Khusyu’ Dzikir
            Khusyu’ di dalam sholat adalah sebuah kondisi dimana seluruh anggota badan tenang dan menikmati setiap gerakan sholat. Fikirannya fokus berkonsentrasi penuh dengan bacaan sholat berupa dzikir-dzikir yang dipanjatkan, sedangkan hatinya sibuk menghayati setiap bacaan yang keluar dari lisannya dengan menghadirkan rasa takut kepada Allah dan pengagungan kepada-Nya. Sholat tidaklah sempurna tanpa hadirnya rasa khusyu’, meskipun mungkin secara dzohir semua bacaan dan gerakan sholat telah sesuai dengan sunnah yang Rasulullah ﷺ ajarkan.
            Menghadirkan rasa khusyu’ bukanlah sesuatu yang mudah, kecuali bagi orang-orang yang selalu berusaha membersihkan hatinya, lisannya selalu basah karena dzikir kepada Allah di setiap waktu dan hatinya lunak karena seringnya istighfar. Sehingga Allah akan memberikan kepadanya iman yang memancar kuat dari dalam hatinya, dan dia bisa merasakan ketenangan dan kemanisan dalam beribadah seakan-akan melihat Allah dengan matanya.
أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka),” (Q.S. Al-Hadid : 16)
Dan Rasulullah ﷺ mengatakan,
الإِحْسَانُ أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ؛ فَإِنَّهُ يَرَاكَ
“ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, apabila engkau tidak bisa membayangkan hal tersebut maka yakinlah bahwa Dia melihatmu”

Khusyu’ dan Hadirnya Hati
            Khusyu’ yang sempurna akan didapatkan ketika seorang hamba melaksanakan sholat dengan fokus hanya mengarahkan hati kepada Allah dan menghadirkan perasaan mengagungkan Allah azza wa jalla. Senantiasa merasa hina dan tidak berdaya di hadapan-Nya karena perasaan selalu diawasi Allah oleh-Nya. Sehingga hatinya benar-benar berada di hadapan Allah subhanahu wata’ala.
            Para Ulama telah bersepakat bahwa khusyu’ terletak di dalam hati. sedangkan hasilnya mampu terlihat dari anggota badannya ketika melaksanakan sholat. Dan orang-orang yang khusyu’ adalah orang-orang yang tunduk dan merasa takut kepada Allah. dikatakan “khusyu” karena terpusatnya fikiran hanya pada sholatnya dan menolak fikiran apapun selain sholat yang akan melintas di hati dan fikirannya.
Khusyu’ juga merupakan sebuah cara untuk melatih otak agar bisa fokus terhadap suatu masalah, yang hal ini akan berefek besar terhadap kesuksesan kehidupan seorang manusia di dunia. Dan Allah telah mengaitkan orang beruntung dengan orang yang khusyu’ di dalam sholatnya. Hal ini menunjukkan bahwasannya orang yang belum bisa khusyu’ di dalam sholatnya maka dia belum tergolong ke dalam kelompok orang yang beruntung.
Sebagian dari hal-hal yang mampu membatalkan sholat adalah berkata dengan sengaja, tertawa terbahak-bahak, makan dan minum, tersingkapnya aurat, berpaling dari arah kiblat, banyak bermain-main di dalam sholat, dan berhadats. Dan beberapa hal yang mampu menjauhkan diri dari syaitan adalah ta’awudz, mengingkarinya, berkeyakinan akan kedurhakaannya, dan banyak berdzikir kepada Allah azza wa jalla.
            Wahai saudaraku seiman… jagalah sholat wajibmu dengan menunaikan seluruh rangkaian gerakannya dengan khusyu’, tepat pada waktunya, dan penuhilah rukun, wajib, dan sunnahnya sehingga Allah juga akan menjagamu.
            Rasulullah ﷺ telah membuat perumpamaan bagi orang-orang yang senantiasa menjaga sholat lima waktunya akan dihapuskan seluruh dosa-dosa kecilnya. Sebagaimana orang yang memiliki sungai di depan pintu rumahnya dan mandi di dalamnya lima kali sehari. Maka dapat dipastikan hilanglah seluruh kotoran tubuhnya. (H.R. Bukhari dan Muslim).
وَالَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلَاتِهِمْ يُحَافِظُونَ . أُولَئِكَ فِي جَنَّاتٍ مُكْرَمُونَ
Dan orang-orang yang memelihara shalatnya. Mereka itu (kekal) di surga lagi dimuliakan. (Q.S. Al-Ma’arij:34-35)
Ya Allah, masukkanlah kami dan semua kaum muslimin ke dalam golongan orang-orang yang mampu menjaga sholatnya. Dan mendapatkan kemuliaan dengan surga. Dan semoga sholawat dan sallam senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah beserta seluruh keluarga, kerabat dan sahabatnya.

Urgensi Khusyu’ dan Pengaruhnya
            Sesungguhnya salah satu penyebab kerasnya hati dan sulitnya tadabbur adalah hati yang terkontaminasi dengan kotoran. Sehingga kotoran tersebut terbawa dan menutup lunaknya hati ketika beribadah. Maka mustahil hati yang sudah sakit tersebut dapat kembali sehat kecuali dengan membersihkan dan menghilangkan semua kotoran tersebut.
            Amirul mu’minin Utsman bin Affan rodhiyallahu ‘anhu di dalam kitab Az-Zuhd berkata,
 لَوْ طَهُرَتْ قُلُوبُكُمْ مَا شَبِعْتُمْ مِنْ كَلَامِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ
“seandainya hati kalian bersih tentu kalian tidak akan pernah merasa kenyang dari membaca Al-Qur’an”
            Menurut Ibnul Qoyyim khusyu’ yang sesungguhnya adalah Khusyu’nya Iman. Yaitu hati yang senantiasa tunduk kepada Allah dengan penuh pengagungan, kepatuhan, rasa takut, malu dan cinta juga mengakui dan mensyukuri semua nikmat yang Allah berikan. Sehingga kondisi hati tersebut akan diikuti oleh anggota badan lainnya. (Kitab Ar-Ruh)
            Salah satu bukti akan urgensi khusyu’ adalah dijadikannya khusyu’ sebagai faktor terpenting dari diterimanya sholat. Yang sholat itu sendiri merupakan Rukun Islam kedua setelah Syahadatain. Rasulullah ﷺ pernah menyampaikan,
إِنَّ الْعَبْدَ لَيُصَلِّي الصَّلَاةَ مَا يُكْتَبُ لَهُ مِنْهَا إِلَّا عُشْرُهَا، تُسْعُهَا، ثُمُنُهَا، سُبُعُهَا، سُدُسُهَا، خُمُسُهَا، رُبُعُهَا، ثُلُثُهَا نِصْفُهَا
“sungguh ada diantara kalian seorang hamba yang melaksanakan sholat namun tidak dituliskan pahala baginya kecuali hanya sepersepuluhnya atau sepersembilannya atau seperdelapannya atau sepertujuhnya atau seperenamnya atau seperlimanya atau seperempatnya atau sepertiganya atau setengahnya” (H.R. Ahmad)
Urgensi kedua adalah, hati yang khusyu’ akan terasa ringan untuk melaksanakan sholat. Tidak hanya ringan bahkan sholat akan semakin menyejukkan hatinya.
وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ
“dan sholat merupakan suatu hal yang berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu’” (Q.S. Al-Baqarah ayat ke-45)
            Imam As-Sa’di dalam menafsirkan ayat ini mengatakan bahwasannya orang-orang yang khusyu’ akan merasa sangat mudah mengerjakan sholat karena kekhusyu’an di dalam hatinya akan menimbulkan perasaan takut dan mengharapkan ridho-Nya. Dan membuatnya sadar bahwa sholat haruslah dikerjakan dengan ikhlas dan lapang dada jika ingin mendapatkan pahala yang sempurna.
            Sholat merupakan sebuah ikatan hubungan kuat antara seorang hamba dengan Rabbnya. Yang mampu menjadi tempat istirahat sejenak dari kesibukan dunia, juga menjadi washilah untuk memohon hidayah dan pertolongan, serta meminta keistiqomahan di atas jalan yang lurus.
Namun sayangnya, secara garis besar manusia terbagi menjadi dua kelompok di dalam masalah ini. Sebagian kecil dari mereka, sholatnya mampu berpengaruh besar terhadap dirinya dan menambah kedekatannya kepada Allah. Adapun golongan mayoritas hanya menganggap sholat sebagai rutinitas harian saja. Bahkan setiap bacaan dan gerakan sholatnya hanya sekedar gerakan saja, tanpa adanya penghayatan di dalamnya. Padahal sholat yang diinginkan Islam bukan hanya sekedar rangkaian perkatan dan gerakan saja, namun juga mewajibkan penghayatan dan hadirnya hati di dalamnya.
Melihat dari kenyataan akan banyaknya kaum muslimin yang tidak mampu menghadirkan rasa khusyu’ di dalam sholatnya, maka kami menganalisa ada beberapa sebab-sebab yang mampu membantu seorang hamba untuk meraih sholat yang sempurna. Yaitu sholat dengan hati dan anggota badannya yang mampu menguatkan hubungan antara seorang hamba dan Rabbnya. Dan Allah telah memuji orang-orang yang mampu melaksanakan sholat dengan khusyu’.
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ (1) الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sholatnya. (Q.S. Al-Mu’minun ayat 2-3)
Setelah kita membaca sebuah ayat yang mengatakan bahwasannya sholat mampu mencegah pelakunya dari perbuatan keji dan munkar (Q.S. Al-Ankabut ayat 45), seharusnya kita bertanya kepada diri kita sendiri kenapa kebanyakan kaum muslimin meskipun sudah rutin melaksanakan sholat masih saja melaksanakan kemaksiatan? padahal seseorang yang mampu menghadirkan khusyu’ di dalam sholatnya tidak mungkin akan melaksanakan kemaksiatan berdasarkan ayat tersebut. Justru sholatnya akan membersihkan seluruh noda kotoran pada hatinya dan membuatnya semakin dekat kepada Allah subhanahu wata’ala.

Sebab-sebab yang membantu menghadirkan khusyu’ di dalam sholat
1.      Iman yang kuat.
Salah satu sebab utama agar seorang hamba mampu menghadirkan rasa khusyu’ di dalam hatinya adalah dengan tertanamnya keimanan yang kuat di dalam hatinya. Yang dengan iman itu dia akan benar-benar percaya bahwa di balik hadirnya rasa khusyu’ ada kemuliaan yang agung di dunia maupun di akhirat. Juga akan ada perasaan ketenangan dan kenyamanan yang tiada banding ketika khusyu’ benar-benar menyelimuti hatinya.
Adapun ayat dan hadits tentang kemuliaan ini begitu banyak,
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ . الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sholatnya, (Q.S. Al-Mu’minun ayat 2-3)

عن عُثْمَانَ أنه قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «يَقُولُ مَا مِنَ امْرِئٍ مُسْلِمٍ تَحْضُرُهُ صَلَاةٌ مَكْتُوبَةٌ فَيُحْسِنُ وُضُوءَهَا وَخُشُوعَهَا وَرُكُوعَهَا، إِلَّا كَانَتْ كَفَّارَةً لِمَا قَبْلَهَا مِنَ الذُّنُوبِ مَا لَمْ يُؤْتِ كَبِيرَةً وَذَلِكَ الدَّهْرَ كُلَّهُ»
Dari Utsman bin Affan rodhiyallahu ‘anhu bahwasannya dia berkata, aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, “tidak ada seorang muslimpun yang waktu sholat wajib teah datang, kemudian dia membaguskan wudhunya, menyempurnakan gerakannya dan menghadirkan rasa khusyu’nya kecuali hal itu merupakan penghapus seluruh kesalahan yang telah lalu baginya selama dia tidak melaksanakan dosa besar.” (H.R. Muslim)

2.      Memperbanyak Membaca Al-Qur’an dan Dzikir
Sebab kedua dari hal-hal yang mempu membantu mendatangkan rasa khusyu’ adalah dengan memperbanyak membaca Al-Qur’an, berdzikir dan istighfar. Serta menjauhi perkataan yang sia-sia, sebagaimana yang diterangkan di dalam hadits.
عَنْ ابْنِ عُمَرَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لَا تُكْثِرُوا الكَلَامَ بِغَيْرِ ذِكْرِ اللَّهِ فَإِنَّ كَثْرَةَ الكَلَامِ بِغَيْرِ ذِكْرِ اللَّهِ قَسْوَةٌ لِلْقَلْبِ، وَإِنَّ أَبْعَدَ النَّاسِ مِنَ اللَّهِ القَلْبُ القَاسِي» رواه الترمذي
Dari Ibnu Umar bahwasannya Rasulullah ﷺ bersabda, “janganlah kalian banyak berbicara dan melupakan dzikir karena banyak bicara akan mengeraskan hati, dan sesungguhnya orang yang paling jauh dari Allah adalah orang yang berhati keras.” (H.R. Tirmidzi)
            Sedangkan membaca Al-Qur’an dan mentadaburinya merupakan sebab terbesar untuk melembutkan hati. Sebagaimana yang telah Allah firmankan.
اللَّهُ نَزَّلَ أَحْسَنَ الْحَدِيثِ كِتَابًا مُتَشَابِهًا مَثَانِيَ تَقْشَعِرُّ مِنْهُ جُلُودُ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ ثُمَّ تَلِينُ جُلُودُهُمْ وَقُلُوبُهُمْ إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ
Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Rabbnya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. (Q.S. Az-Zumar ayat 32)
            Di samping itu, membaca Al-Qur’an dan berdzikir juga merupakan benteng yang ampuh untuk menghalau godaan dan bisikan syaitan. Yang dengan hilangnya bisikan tersebut maka hati akan menjadi lebih tenteram dan khusyu’ dalam menjalani suatu ibadah.
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (Q.S. Ar-Ro’du ayat 28)
            selain itu memperbanyak dzikir kepada Allah juga merupakan kunci keberuntungan di dunia maupun akhirat.
وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. (Q.S. Al-Jum’ah ayat ke-10)
            Namun pembahasan kita kali ini bukanlah mengenai keutamaan dzikir. Kami sedikit menyinggungnya karena dzikir merupakan salah satu sebab yang dapat membantu menghadirkan rasa khusyu’ di dalam sholat. Di samping itu dzikir juga merupakan bentuk mujahadah (kesungguhan) dan langkah awal untuk menghalau bisikan syaitan ketika sholat. Yang nantinya perlawanan terhadap syaitan tersebut akan terus berlanjut ketika memulai sholat hingga akhir sholatnya. Karena syaitan tidak akan membiarkan seorang hamba dapat melaksanakan sholatnya dengan khusyu’ dan akan selalu mencari cara untuk membuyarkan konsentrasinya. Namun tidak selayaknya seorang hamba tersebut menyerah kepada syaitan sehingga syaitan dapat menguasai pikiran dan hatinya.
            Maka hendaknya bagi seorang mushalli terus meningkatkan kualitas sholatnya. Apabila sholatnya hari ini belum khusyu’ hendaknya dia memiliki keyakinan kuat bahwa esok hari pasti dia bisa khusyu’. Jika sholatnya hari ini masih belum sempurna kekhusyu’annya maka hendaknya dia meyakini besok bisa dia menyempurnakan rasa khusyu’nya. Dan yang tak kalah penting adalah hendaknya kita selalu memohon pertolongan kepada Allah untuk mempermudah urusan kita di dalam masalah ini.

3.      Selalu Bermuhasabah dan Merasa Diawasi oleh Allah ‘Azza wa Jalla
Memperbanyak muhasabah (menghitung diri sendiri) serta mencela dan menyesali kemaksiatan yang telah dikerjakan merupakan salah satu sebab yang mampu menghadirkan rasa khusyu’ di dalam sholat. Sebagaimana yang telah Allah perintahkan di dalam Al-Qur’an.
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S. Al-Hasyr : 18)
            Begitu pula dengan perkataan Umar bin Khattab rodhiyallahu ‘anhu,
حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوا وَزِنُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُوزَنُوا وَتَزَيَّنُوا لِلْعَرْضِ الْأَكْبَرِ , يَوْمَ تُعْرَضُونَ لَا تَخْفَى مِنْكُمْ خَافِيَةٌ
“Hitunglah dirimu sendiri sebelum engkau dihitung, dan timbanglah dirimu sendiri sebelum engkau ditimbang, dan hiasilah (persiapkan) dirimu untuk hari pertemuan yang besar (hari kiamat), yaitu pada hari dimana setiap amalan yang akan ditampakkan tanpa ada satu amalanpun yang terlewatkan.”
            Disamping bermuhasabah hendaknya kita juga selalu menjauhi kemaksiatan meskipun itu hal yang sepele. Contohnya dengan tidak melihat ke arah yang dilarang untuk dilihat, menjaga lisan dari perkataan yang menyakiti orang lain, dan tidak menggunakan pendengaran untuk mendengarkan hal-hal yang dilarang. Justru sebaliknya, mata yang Allah anugerahkan kepada kita hendaknya digunakan untuk melihat hal-hal yang diperintahkan untuk dilihat, seperti Al-Qur’an dan buku-buku yang bermanfaat. Telinga yang kita miliki hendaknya digunakan untuk mendengar suatu hal yang baik dan bermanfaat.
            Karena tidak diragukan lagi bahwa kemaksiatan akan menghalangi seorang hamba dari manisnya ibadah. Maka seorang muslim yang mengetahui bahwa dia sedang berada di dalam kubangan kemaksiatan seharusnya segera bangkit untuk memperbaiki dirinya. Dan salah satu cara yang paling efektif untuk memperbaiki diri adalah dengan cara bermuhasabah.
4.      Mentadaburi Al-Qur’an dan Dzikir yang Dibaca Ketika Sholat
Memahami dan menghayati setiap bacaan sholat juga merupakan salah satu sebab hadirnya khusyu’ di dalam sholat. Disamping itu tidak memalingkan pandangan dari tempat sujud karena takut kepada Allah juga merupakan sebab yang lainnya. Karena sudah sepantasnya seorang hamba merasa takut ketika berdiri di hadapan Sang Pencipta ketika melaksanakan sholat. Sebagaimana yang telah Ibnul Qoyyim sampaikan di dalam kitabnya Al-Fawaid hal.200.
للْعَبد بَين يَدي الله موقفان موقف بَين يَدَيْهِ فِي الصَّلَاة وموقف بَين يَدَيْهِ يَوْم لِقَائِه فَمن قَامَ بِحَق الْموقف الأول هوّن عَلَيْهِ الْموقف الآخر وَمن استهان بِهَذَا الْموقف وَلم يوفّه حقّه شدّد عَلَيْهِ ذَلِك الْموقف
“Seorang hamba berada di hadapan Allah ketika dalam dua kondisi. Pertama yaitu ketika dia sedang melaksanan sholat, sedangkan kedua adalah ketika berdiri di hadapan Allah pada hari kiamat. Maka siapa saja yang mampu berdiri dengan sempurna pada kondisi yang pertama (kondisi sholat), pasti dia akan dimudahkan ketika pertemuan yang kedua (hari kiamat). Namun sebaliknya, siapa saja yang meremehkan pertemuan pertamanya maka pasti akan merasa kesulitan pada pertemuan keduanya.”
            Maka sudah sepantasnya kita memberikan hak-hak Allah ketika kita sedang berdiri di hadapannya. Yaitu dengan melaksanakan sholat dengan tenang dan membayangkan bahwa sholat tersebut adalah sholat yang terakhir. Seandainya setiap orang yang sholat mampu berbuat seperti itu niscaya dia akan mampu menghadirkan khusyu’ di dalam sholatnya.

5.      Keinginan Kuat Untuk Menghadirkan Hati
Sesungguhnya rasa khusyu’ tidak akan mungkin bisa didapatkan kecuali dengan mengerahkan konsentrasi hati untuk menghadirkannya. Sedangkan bisa atau tidaknya hati untuk fokus terhadap sholat yang dikerjakannya sangat bergantung kepada tingkat keimanan yang dimiliki. Semakin tinggi imannya terhadap akhirat dan menganggap hina dunia maka semakin mudah pula dia meraih khusyu’ di dalam sholat.

6.      Berusaha Merasakan Kemanisan Sholat
Ibnu Taimiyah rohimahullah pernah mengabarkan tentang kelezatan yang bisa didapatkan ketika sholat.
إن في الدنيا جنة من لم يدخلها لم يدخل جنة الآخيرة
Sesungguhnya di dunia ada sebuah surga (yaitu manisnya ibadah), siapapun yang tidak bisa mendapatkan surga tersebut maka dia tidak akan bisa mendapatkan surga yang sesungguhnya di akhirat.”
            Dan sudah menjadi sebuah kepastian bahwa mendapatkan surga dunia tersebut bukanlah suatu perkara yang mudah. Sebagaimana yang pernah dituturkan Ibnul Qoyyim bahwasannya kelezatan tersebut akan didapatkan ketika seorang hamba memiliki rasa cinta yang kuat terhadap Allah subhanahu wata’ala. Dan rasa itu akan kembali pudar bersamaan dengan lemahnya rasa cinta seorang hamba tersebut kepada Allah.
           
7.      Bersegera Melaksanakan Sholat Ketika Sudah Masuk Waktunya
Bersegera berangkat untuk melaksanakan sholat adalah salah satu usaha untuk mepersiapkan hati sebelum menghadap Allah subhanahu wata’ala. Maka hendaknya seorang muslim berangkat lebih awal ke masjid dan mempersiapkan diri disana dengan cara membaca Al-Qur’an dan menghayatinya. Sehingga hal tersebut mampu memancing hati untuk lebih mudah menghadirkan rasa khusyu’ di dalam sholatnya.
Tentu sangat berbeda antara dua kondisi, yaitu seorang hamba yang mendatangi sholat tanpa persiapan sebelumnya, bahkan beberapa saat sebelum sholat dia baru saja sibuk dengan urusan dunianya. Dengan seorang hamba yang mempersiapkannya dengan baik, bahkan dia sempatkan menyisihkan waktunya sebelum menghadap Allah dengan membaca serta menghayati Firman-Nya. Tentu kondisi kedua ini jauh lebih utama dibandingkan dengan yang pertama.

8.      Malu Kepada Allah
Yaitu seorang hamba merasa malu kepada Allah apabila dia menghadap Allah dalam kondisi kering dari rasa khusyu’ dan takut. Maka perasaan malu inilah yang nantinya akan mendorong hamba tersebut untuk bersungguh-sungguh di dalam ibadahnya. Sehingga dari situ muncul perasaan takut dan khusyu’ kepada Allah.

9.      Belajar dari Generasi Salaf
 Belajarlah dari generasi salaful ummah tentang bagaimana mereka mengamalkan sholat dan bagaimana tingkat kekhusyu’an mereka di dalamnya!
Ibnu Taimiyah pernah mengatakan bahwasannya suatu ketika seorang sholeh bernama Muslim bin Yasar sedang mengerjakan sholat di dalam sebuah masjid kemudian masjid tersebut roboh. Namun beliau tidak merasa dan tetap tenang dengan sholatnya, padahal orang-orang di sekelilingnya lari berhamburan keluar masjid.
Kisah yang lainnya adalah dari sahabat Abdullah bin Zubair rodhiyallahu ‘anhu. Bahwasannya suatu hari beliau sholat di sebuah masjid kemudian ketika beliau dalam posisi sujud datang serangan dari musuh yang menghancurkan masjid. Namun beliau masih tenang dengan sujudnya dan tidak mengangkat kepalanya sedikitpun.
Itulah sembilan sebab yang dengan izin Allah ta’ala mampu membantu seorang hamba untuk menghadirkan khusyu’ di dalam sholatnya. Dan hanya kepada Allahlah kita memohon kekuatan agar mampu selalu istiqomah di jalan ketaatan kepada-Nya.