Home » Archives for April 2018
Senin, 30 April 2018
The Ricest
Person in History
King Mansa Musa
King of Mali Empire
Sejarah
mencatat sosok manusia terkaya dalam sejarah manusia bukanlah berasal dari
orang-orang Yahudi, Katholik atau Protestan. Namun Ialah Raja dari Kekaisaran
Mali
Bernama
lengkap Musa Keita I berkuasa selama 25 tahun dari tahyn 1312 sampai 1337.
Wilayah Kerajaan
Mali di waktu itu mencakup bekas wilayah Kekaisaran Ghana di Mauritania selatan
dan wilayah-wilayah sekitar Mali. Ia memiliki banyak gelar diantaranya Amir
Melle (Mali), penguasa tambang-tambang Wangara, dan Penakluk Ghatana
Pada masanya
Mali merupakan penghasil emas terbesar di dunia. Konon karena jumlah kekayaanya
yang terlalu besar belum ada yang mampu
menentukan jumlah kekayaan yang ia milliki. (CNNMoney reported)
Ketika Mansa Musa naik tahta banyak wilayah di
Eropa masih dilanda kelaparan dan perang sipil. Kerajaan-kerajaan di Afrika dan
dunia Islam berada pada masa kejayaannya. Dan Mansa Musa memainkan peran yang
sangat penting dalam melahirkan kejayaan di kerajaan yang dia pimpin. Dia melakukannya dengan menguasai kota
Timbuktu dan menguatkan kembali kekuasaanya di kota Gao. Dia berhasil
mengendalikan rute perdagangan yang vital antara Mediterania dan pesisir afrika
Barat
Dia juga melanjutkan ekspansi dan membuat Mali menjadi luas dengan menaklukkan
24 kota. Wilayah
kerajaan Mali kaya akan sumber daya alam, seperti emas dan garam. Dunia pertama
kali menyaksikan kejayaan Mansa Musa pada tahun 1324 ketika dia berangkat haji
ke kota Mekkah
Ia membawa 60.000
jamaah, terdiri dari penduduk sipil, tantara dan 12.000 diantaranya adalah
budak. Setiap budak tersebut membawa 1,8 kg batang emas, 500 orang berpakaian sutra juga membawa emas. Rombongan
tersebut juga membawa kuda dan unta. 80 unta membawa 23-136 kg batang emas. Ia
menyedekahkan emas kepada orang miskin di sepanjang perjalanan secara massif.
Dan ia juga mendirikan masjid ketika hari jum’at tiba
Pada akhirnya emas yang ia
bagi-bagikan menyebabkan stabilitas ekonomi terganggu, menyebabkan terjadinya
inflasi besar-besaran
Diceritakan bahwa perjalanan haji ini membutuhkan waktu satu tahun
dan ketika mansa musa kembali, kisah kekayaanya yang menabjubkan menyebar
hingga ke pelabuhan-pelabuhan Mediterania.
Kisah-kisah tentang
Mansa Musa ternyata telah terlukis dari pena-pena para ulama seperti Ibnu
Khaldun, Ibnu Batutta, Al Umari dan Abu-sa'id Uthman ad-Dukkali
Kisah Kerajaan Mali dan rajanya bahkan melegenda,
mereka disertakan dalam atlas Catalan yang dibuat pada tahun 1375, yakni salah
satu peta dunia yang paling penting, yang dibuat di Eropa di abad
pertengahan. Dilukiskan bahwa sang raja
memegang tongkat kekuasaan dan bongkahan emas yang berkilau. Mansa Musa
berhasil menempatkan kerajaannya dan dirinya diatas peta tersebut
Namun bukan kekayaan saja yang
menjadi perhatian sang raja. Sebagai muslim yang taat dia juga memberikan
perhatian kepada kota Timbuktu. Yang jauh sebelum dikuasainya, telah menjadi
pusat agama dan pembelajaran
Sekembalinya dari ibadah haji, dia
membangun Masjid Agung Djinguereber di Timbuktu dengan bantuan arsitek dari
Andalusia. Dia juga memdirikan universitas besar yang membuat Timbuktu semakin
dikenal. Dan juga berhasil menarik para ulama dan penuntut ilmu dari seluruh
dunia Islam
Dibawah kekuasaan Mansa Musa, wilayah
kerajaan dimoderisasi dengan sekolah, masjid dan kota yang padat penduduk.
Legenda sang raja yang kaya terus bertahan dari generasi ke generasi. Hingga
hari ini ada makam, perpustakaan dan masjid yang masih berdiri sebagai saksi
sejarah masa kejayaan kerajaan Mali.
Write to
Remember
Minggu, 29 April 2018
3 SAHABAT PEMBANGUN PERADABAN, Nizham Al Mulk, Omar Al Khayyam, dan Hasan As Sabbah
April 29, 2018 hijrah pemuda
3 SAHABAT PEMBANGUN
PERADABAN
Buku-buku
sejarah tertua dalam Islam menyebutkan bahwa mereka bertiga pernah mengikat
janji bahwa akan saling membantu jikalau di suatu masa diatara mereka ada yang
memperoleh nasib mujur dalam hidupnya. Akan tetapi ketiga-tiganya di masa
mendatang menjadi orang yang mujur dan menempati posisi penting.
3 sosok bersahabat
itu merupakan para tokoh pembesar di masa lalu, di masa daulah Abbasiyah
berdiri. Mereka adalah Nizham al Muluk, Omar al Khayyam dan Hasan as Sabbah. Di
masa muda mereka tinggal di ibukota Naishabur, mereka bersahabat dengan begitu dekat dan akrab.
Hingga kemudian mereka berpisah berkelana dan mempunyai jalan hidup
masing-masing.
Sahabat
pertama bernama Abu Ali al-Husain bin Ali bin Ishaq bin al-Abbas at-Thusi, atau
yang lebih akrab disebut dengan Nizham al Mulk pada akhirnya menjadi seorang
wazir besar (Perdana Mentri) di Baghdad. Menjabat selama 20 tahun sepeninggalan
Apl Arslan hingga Malik Syah dan juga merupakan pendiri Madrasah An Nizamiyah
(Universitas An Nizamiyah) di Baghdad.
Sahabat kedua
bernama Omar al Khayyam, Ayahnya adalah orang Arab pengusaha tenda-tenda kemah
di Naishabur, kebetulan ia sudah meninggal. Dari usaha yang dijalankan bapaknya
itulah Omar mendapat julukan Al Khayyam bermakna Pembuat kemah. Nama lengkapnya
adalah Ghiatsuddin Abdul Fatah Omar bin Ibrahim Al Khayyam.
Omar Al
Khayyam menjadi seorang sarjana Matematik dan Astronomi muslim terbesar pada
masanya ia melakukan penelitian dan pembaharuan atas saran dan pembiayaan sang
Wazir Nizham al Mulk. Hingga dari tangannya ia mampu membuat suatu karya hebat
yakni Takwim al Islami. Namun modern ini ia lebih dikenal sebagai seorang penyair
Islam dengan himpunan Rubaiyyatnya.
Di usia 18
tahun ia telah menulis Treatis on Algebra yakni uraian tentang Aljabar, hal ini
di manfaatkan oleh Prancis hingga mereka menerbitkan salinannya di Paris 800
tahun sepeniggalan Omar Khayyam yakni pada tahun 1851, berjudul I’Algrebre
d’Omar Al Khayyami.
Sahabat
ketiga bernama, Hasan as Sabbah. Diatara ketiga sahabat itu, dia adalah
satu-satunya yang melenceng dari masa mudanya. Dia beralih dari aliran Sunni
kepada paham Syiah aliran Ismailiyah. Ia membentuk sebuah kelompok yang bernama
Hasyasyin berpusat di benteng Alamut dalam wilayah pegunungan Elbruz, dan
merupakan suatu terror besar di masanya karena banyak melakukan
pembunuhan-pembunuhan politik.
Tersebab
itulah ia mendapat julukan Rais Al ‘Azhim (the first Grand Master of the
Asyasyin). Ia juga dipanggil sebagai Shaikh Al Jabal (Old Man of the Mountains)
bermakna orang tua dari wilayah pegunungan.
Ia
berkali-kali dirikimi utusan dari sahabatnya Nizham al Mulk guna mencari jalan
keluar dari sengketa diantara keduanya. Namun usaha tersebut tidak pernah
menghsilkan titik temu. Hasan as Sabbah tampak sangat haus kekuasaan dan ingin
mencapainya dengan cara apapun.
Guna mencegah
terror dari sahabatnya Nizham Al Mulk
akhirnya mengirimkan ekspedisi militer untuk menghancurkan kelompok
Hasyasyin milik sahabatnya Hasan as Sabah. Tetapi ekspedisi itu gagal. Kemudian
Hasan balas dendam dengan mengirim seorang Fedeyen yang menyamar sebagai
pelayan istana untuk membunuh sang Sahabat Nizham Al Mulk.
Maka pada
tahun 485H terjadilah pembunuhan terhadap Wazir besar Nizham Al Mulk. Duniapun
berkabung atas wafatnya tokoh ini. Captain S.F. Mahmud di dalam The Story of
Islam mengungkapkannya dengan kalimat “This was one of the worst crimes of
the Ismaili fraternity, for Nizham Al Mulk was of truly great son of Islam”
Bagi kita
yang pernah melihat film The Adventures of Omar Khayyam dari Paramount Production
dibintangi oleh John Derek dan Debra Paget diangkat dari karya Manuel Komfroff
dan tayang pertama kali di tahun limapuluhan, niscaya kita akan dapat melihat
bepata dahsyat pertempuran dalam menghancurkan kota benteng Alamut markas Hasan
as Sabbah Old Man of the Mountains. Akan tetapi alur cerita dalam film itu
digeser dan terjadi di masa Sultan Malik Syah (465-485H) guna memperoleh
klimaks dari tema cerita, yaitu selisih sengit dari Tiga Sahabat di masa muda :
Nizham al
Mulk (485H) yang menjabat sebagai wazir besar Sultan Alp Arslan dan Sultan
Malik Syah, pembangun Perguruan Tinggi Nizhamiyah yang terkenal di Baghdad
menandingi Perguruan tinggi Al Azhar di Mesir, perguruan Syiah pada waktu itu.
Omar al
Khayyam (527H) seorang sarjana Tehnik dan Astronomi pada masanya, akan tetapi
lebih dikenal sebagai penyair Islam dengan himpunan Rubaiyyat, serupa halnya
dengan Leonardo da Vinci pada limaratus tahun belakangan, seorang sarjana
tehnik akan tetapi lebih dikenal dengan pigura-pigura lukisannya.
Hasan as
Sabbah yang menjabat sebagai pemuka kelompok Hasyasyin. Kemudian lewat tangan
pasukan fedeyannya membunuh sahabatnya sendiri yakni Nizham al Mulk.
Amateur Author Dhimas Fath
______________
Refrensi :
Joesoef Sou’yb, Sejarah Daulat
Abbasiah III
Wikipedia
Drogheda United FC dan Kisah Kedermawanan Sultan Abdul Majid I Khalifah Turki Utsmani
April 29, 2018 hijrah pemuda
Drogheda United FC dan Kisah Kedermawanan Sultan Abdul Majid I
Hari
ini disaat kaum muslimin dengan bangga mengenakan jersey berlambang salib, maka
mereka orang-orang kafir bangga dengan jersey yang berlambangkan kekhalifahan
Islam Turki Utsmani.
Sebuah
club sepakbola di Irlandia, Drogheda United FC menempatkan lambang kekhalifahan
Utsmani pada logo clubnya, sebagai bentuk penghormatan dan rasa terima kasih
kepada Kekhalifahan Turki Utsmani.
Berawal
pada tahun 1845 ketika Eropa terjadi peristiwa yang mereka sebut “The Great
Hunger”. Sebuah musibah kelaparan hebat yang melanda seantero Eropa. Namun
kelaparan terparah terjadi di Irlandia dan Skotlandia. Yang menyebabkan 1 juta
orang meninggal dan 1,5 juta lainnya bermigrasi ke negara-negara sekitarnya.
Bencana
itu terjadi disebabkan panen kentang yang berulang kali gagal karena terserang
virus. Ditambah kemiskinan rakyat Irlandia karena penjajahan yang dilakukan
Inggris.
Mengetahui
hal tersebut Sultan Abdul Majid I berniat membantu mereka dengan mengirimkan
10.000 pounsterling atau hari ini senilai 22 Milyar rupiah. Padahal disisi lain
Ratu Victoria dari Inggris hanya mengirimkan 1.000 pounsterling.
Namun
akhirnya sang sultan hanya mengirimkan 1.000 pounsterling untuk menjaga
perasaan Ratu Victoria. Akan tetapi tanpa sepengetuhuan Ratu Victoria, sang
Sultan juga mengirimkan 3 kapal besar penuh dengan bahan makanan dan keperluan
lainnya.
Mengetahui
hal itu, pemerintah Inggris berusaha memblokade kapal tersebut, hingga kapal
tersebut tidak sanggup berlabuh di Dublin Ibukota Irlandia. Namun secara
diam-diam kapal tersebut sanggup berlabuh di utara ibukota, yakni di pelabuhan
kecil kota Drogheda.
Atas
bantuan tersebut warga Irlandia menyampaikan
rasa terima kasih kepasa Sultan Abdul Majid I melalui sebuah surat yang hingga
saat ini masih tersimpan rapi di mesium arsip Turky. Dalam surat tersebut para
pembesar dan bangsawan Irlandia menyampaikan pujian kepada Sultan, dan berharap
agar tindakan Utsmani menjadi contoh bagi negara-negara lainnya di Eropa.
Puncaknya
klub sepakbola asal kota Drogheda, kota dimana kapal sultan berlabuh memberikan
suatu apresiasi sekaligus penghormatan untuk Khalifah Utsmani. Yakni Drogheda
United FC yang menempatkan symbol Utsmani berupa bulan dan bintang pada logonya
untuk menghormati jasa sultan.
Bahkan
tidak hanya klub sepakbola, hotel Westcourt tempat awak kapal menginap saat
mengantarkan bantuan, memajang piagam yang bertuliskan “Bencana kelaparan
Irlandia tahun 1847. Untuk mengenang dan mengakui kemurahan rakyat Turki
terhadap rakyat Irlandia”. Masyallah.
Kita
ketahui Bersama bahwa perjalanan kapal dari Istanbul hingga Drogheda bukanlah
suatu perjalanan yang dekat, perjalan itu sejauh 6.400 Km. Bayangkan, seorang
pemimpin muslim mengirim bantuan pangan dari jauh dan banyak hanya untuk rakyat
Irlandia yang manyoritas beragama Katholik.
Bagi
kalian yang masih menganggap Islam adalah agama radikal, teroris yang selalu
mengajarkan kekerasan, peperangan, dan aksi intoleran. Sudahkah kau membaca
kisah kedermawanan Sultan Majid ini? Dan masihkah kau menganggap Islam sebagai
ajaran radikal dan intoleran? Bertanyalah kepada hati kecilmu!
Write to Remember
Profil penulis disini :)
Langganan:
Postingan
(
Atom
)