Pertempuran terakhir Sulaiman Al Qanuni
The End of Suleiman the Magnificent
Ialah seorang Khalifah dengan masa jabatan terpanjang sepanjang sejarah islam. Sejarah emas yang telah ia ukir akan senatiasa terjaga di hati – hati kaum muslimin.
Memasuki usianya yang ke 74, semangat juang sang Sultan semakin berkobar, hingga datanglah kabar sejumlah wilayah umat islam mendapat gangguan dari kerajaan Austria. Segera ia berusaha menyiapkan pasukan untuk mengulang penaklukan kota Wina.
Namun karena sakit parah yang ia derita, ia dilarang untuk ikut dalam pertempuran tersebut. Namun ia menjawab nasehat itu dengan berkata “Sesungguhnya aku telah memohon kepada Allah untuk meraih syahid dengan wafat dalam perang di jalannya” Sakitnya yang parah menyebabkan ia tak mampu bergerak, hingga di tandu oleh tentaranya.
Sampailah pasukan Turki Utsmaniyah, yang dipimpin oleh sang sultan di sebuah benteng kokoh, dikenal sebagai benteng Szigetvar(sigtuar) dan merupakan benteng terbaik didunia saat itu. Kaum muslimin benar – benar kesulitan menaklukkan benteng tersebut, lalu dikepunglah benteng tersebut selama 5 bulan terus menerus.
Sementara kondisi sang Sultan semakin memburuk, di tambah para pasukan muslimin mulai berputus asa. Seketika itu seorang prajurit mendengar suara lirih dari dalam tenda, yang tidak lain yakni suara sang Sultan yang sedang sakit. ia berdoa kepada Allah dengan suara ditimpa sakit. Dengan penuh ketawadhuan ia memohan pertolongan kepada Allah atas kaum muslimin, dan mengirim api atas para musuh.
Usai doa yang ia lantunkan, tiba – tiba sebuah peluru meriam jatuh menimpa gudang mesiu musuh, dan seketika berubahlah langit Szigetvar menjadi gulungan asap dan api. Atas kuasaNya api pun melahap seluruh bagian benteng. Maka majulah pasukan muslimin dan menembus benteng, lalu diangkatlah bendera islam, bendera Hilal Turki Utsmani diatas benteng musuh.
Kemudian berhamburan prajurit Turki Utsmani, bersegera memberi tahu sang Khalifah akan kabar gembira ini. Tersenyumlah sang Sultan mendengar kabar tersebut, lalu mengangkat pandangan ke langit seraya berkata lirih, “alhamdulillah inilah saat terbaik menyambut kematian, inilah saat tebaik menyambut kematian” Kemudian berhentilah suara itu, dan berhentilah jantung itu.
Itulah jantung seorang pemuda, yang dahulu para raja eropa merendahkannya. Ternyata ia tumbuh dalam kemenangan, penaklukan, pengorbanan, dan penebusan jiwa.
Sulaiman Al Qonuni, 6 November 1494 - 7 September 1556
Simak videonya https://www.youtube.com/watch?v=50oXRapcJdk
Ialah seorang Khalifah dengan masa jabatan terpanjang sepanjang sejarah islam. Sejarah emas yang telah ia ukir akan senatiasa terjaga di hati – hati kaum muslimin.
Memasuki usianya yang ke 74, semangat juang sang Sultan semakin berkobar, hingga datanglah kabar sejumlah wilayah umat islam mendapat gangguan dari kerajaan Austria. Segera ia berusaha menyiapkan pasukan untuk mengulang penaklukan kota Wina.
Namun karena sakit parah yang ia derita, ia dilarang untuk ikut dalam pertempuran tersebut. Namun ia menjawab nasehat itu dengan berkata “Sesungguhnya aku telah memohon kepada Allah untuk meraih syahid dengan wafat dalam perang di jalannya” Sakitnya yang parah menyebabkan ia tak mampu bergerak, hingga di tandu oleh tentaranya.
Sampailah pasukan Turki Utsmaniyah, yang dipimpin oleh sang sultan di sebuah benteng kokoh, dikenal sebagai benteng Szigetvar(sigtuar) dan merupakan benteng terbaik didunia saat itu. Kaum muslimin benar – benar kesulitan menaklukkan benteng tersebut, lalu dikepunglah benteng tersebut selama 5 bulan terus menerus.
Sementara kondisi sang Sultan semakin memburuk, di tambah para pasukan muslimin mulai berputus asa. Seketika itu seorang prajurit mendengar suara lirih dari dalam tenda, yang tidak lain yakni suara sang Sultan yang sedang sakit. ia berdoa kepada Allah dengan suara ditimpa sakit. Dengan penuh ketawadhuan ia memohan pertolongan kepada Allah atas kaum muslimin, dan mengirim api atas para musuh.
Usai doa yang ia lantunkan, tiba – tiba sebuah peluru meriam jatuh menimpa gudang mesiu musuh, dan seketika berubahlah langit Szigetvar menjadi gulungan asap dan api. Atas kuasaNya api pun melahap seluruh bagian benteng. Maka majulah pasukan muslimin dan menembus benteng, lalu diangkatlah bendera islam, bendera Hilal Turki Utsmani diatas benteng musuh.
Kemudian berhamburan prajurit Turki Utsmani, bersegera memberi tahu sang Khalifah akan kabar gembira ini. Tersenyumlah sang Sultan mendengar kabar tersebut, lalu mengangkat pandangan ke langit seraya berkata lirih, “alhamdulillah inilah saat terbaik menyambut kematian, inilah saat tebaik menyambut kematian” Kemudian berhentilah suara itu, dan berhentilah jantung itu.
Itulah jantung seorang pemuda, yang dahulu para raja eropa merendahkannya. Ternyata ia tumbuh dalam kemenangan, penaklukan, pengorbanan, dan penebusan jiwa.
Sulaiman Al Qonuni, 6 November 1494 - 7 September 1556
Simak videonya https://www.youtube.com/watch?v=50oXRapcJdk