Eksistensi Al Qur'an dikalangan Pemuda Islam
EKSISTENSI
AL-QUR’AN DIKALANGAN
PEMUDA ISLAM
Oleh : Muhammad Nafis ’Allam*
PEMUDA ISLAM
Oleh : Muhammad Nafis ’Allam*
Sungguh saya sangat terheran sekali dengan pemuda zaman sekarang, dari
penelitian yang pernah saya lakukan, 8 dari 10 pemuda islam masih belum bisa lancar
dan bahkan ada yang sama sekali belum bisa membaca Al-Qur’an, dan ironisnya ada
beberapa di antara 8 dari 10 orang tersebut adalah dari kalangan pondok pesantren.
Memperbincangkan masalah pemuda atau yang lebih sering kita dengar
dengan sebutan remaja, masa dimana seseorang menginjak awal kedewasaan, masa
dimana seseorang mulai mencari jati diri, nyali, keberanian, dan bahkan mulai mencaricari figur untuk diikutinya atau bisa disebut dengan beridola, mulai bisa tertarik akan
sesuatu hal yang telah ada di dalam fikirannya, alhasil muda mudi zaman sekarang lebih
condong meniru tentang apa yang sedang trend atau sedang mengglobal di masanya.
Namun sungguh sangat disayangkan sekali, terkadang hal yang ditiru pada kalangan
pemuda saat ini kurang tepat karena bertentangan dengan aturan yang dilakukan adat
istiadat serta aturan agama, sehingga mengakibatkan sebuah kerusakan moral.
Mengelola masa muda agar memiliki karakter yang baik dan benar merupakan
suatu perkara yang tidak mudah dan sederhana terlebih dalam hal keagamaan, sebab
hal terberat dalam masa-masa ini adalah tumbuh dengan taat beribadah kepada Allah.
Itulah sebabnya Rasulullah sallallahualaihi wasalam menyebutkan diantara tujuh
golongan yang memperoleh naungan Allah pada hari kiamat adalah pemuda yang
tumbuh dalam rangka beribadah kepada Allah subhanahu wata’ala.
Fakta yang berbicara bahwa kurangnya pemuda islam di zaman ini dalam lihai
menguasai bacaan Al-Qur’an dikarenakan minimya mereka berinteraksi dengan AlQur’an, padahal 8 dari 10 orang tersebut adalah gambaran kecil dari para pemuda islam
yang ada di negri ini, dan masih banyak sekali pemuda pemudi islam yang belum bisa
kami wawancarai. Sungguh sebuah aib yang sangat besar sekali bagi negri ini jikalau
pemuda pemudinya memilki karakter yang sedemikian rupa, padahal negara Indonesia
tercatat sebagai negara yang mayoritas kependudukannya beragama islam.
Peranan pemuda didalam negara sangatlah penting, Syaikh Abdul ‘Aziz bin
Bazz rahimahullahu ta’aala mengatakan : “Pemuda di setiap umat adalah tulang
punggung yang membentuk komponen pergerakan. Karena mereka memiliki kekuatan
yang produktif dan kontribusi (peran) yang terus-menerus. Dan pada umumnya tidaklah
suatu umat akan runtuh karena masih ada pundak para pemuda yang punya kepedulian
dan semangat yang membara”. Maka jika kita masih sering jumpai, menyaksikan,
mendengar tentang kabar-kabar pemuda pemudi di negri ini yang masih saja melakukan
hal-hal yang tercela, bagaimana nasib negara ini akan dibawa untuk masa dikemudian
hari.
Melihat dari buruk tingkah laku pemuda islam saat ini sesungguhnya ada sebab-sebab yang sebenarnya kita semua sudah ketahui factor terbesar terjadinya kerusakan
moral di kalangan pemuda dan menjadikan eksistensi Al-Qur’an dikalangan pemuda
semakin menurun. pertama, Kemajuan teknologi. Dampak kemajuan teknologi
memang dapat memberikan dampak positif bagi kita, tetapi tetap tidak dapat di pungkiri
bahwa hal ini juga berdampak negatif bagi kerusakan moral. Perkembangan jaringan
internet dan perkembangan ponsel berteknologi tinggi terkadang dampaknya sangat
berbahaya bila penggunaannya tidak memanfaatkannya dengan hal-hal yang positif.
Kedua, Pengaruh lingkungan. Kondisi lingkungan yang baik akan berpotensi
menghasilkan suatu karekter yang baik, sedangkan kondisi lingkungan yang buruk akan
menyebabkannya kerusakan moral dan berpotensi pula terbentuknya suatu karakter
yang kurang baik. Dan masih banyak lagi hal-hal yang dapat mempengaruhi eksistensi
Al-Qur’an di kalang pemuda.
Dengan demikian, maka perlunya kesadaaran yang lebih serius terkhusus pada
pihak-pihak tertentu, guna terwujudnya pemuda yang bisa eksisten dengan Al-Qur’an.
(1) Orangtua, karena orangtua memiliki tanggung jawab penuh terhadap akhlak seorang
anak. Sebaik-baik orang tua adalah yang bisa memberikan contoh dan bimbingan
kepada seorang anak untuk meniti jalan kebenaran di dunia dan akhirat. (2) Guru,
sebuah opini yang salah kaprah dikalangan guru pada saat ini, bahwa kewjiban
mengajarkan Al-Qur’an kepada anak didik hanya sekedar bisa membacanya saja,
dengan demikian output yang diajarkan seorang guru hanya mencetak para qurra’ (para
pembaca Al-Qur’an) saja. Padahal yang lebih penting adalah mencetak generasi yang
paham Al-Qur’an dan yang bisa mengamalkanya.
Kemodernan Al-Qur’an
Memang tidak dapat dipungkiri, belakangan ini terjadi logika yang salah
terhadap Al-Qur’an dikalangan masyarakat. Dikemodernan Al-Qur’an saat ini,
sebagian orang beranggapan bahwa orang-orang yang mengamalkan Al-Qur’an adalah
orang-orang yang ketinggalan zaman dan terbelakang. Tapi apakah yang mereka
tuduhkan itu benar ?, tidak ada satupun pakar sejarah yang membantah bahwa
masyarakat jahiliyah dimana Al-Qur’an diturunkan adalah masyarakat yang
terbelakang, amoral, tidak punya tatanan kehidupan yang jelas dan teratur. Mereka
beribadah di ka’bah tanpa menggunakan busana, membunuh anak-anak perempuan
mereka secara hidup-hidup, menikahi istri ayahnya sendiri, dan lain sebagainya. Itu
semua adalah gambaran masa lalu bangsa Arab, gambaran sebelum diturunkannya
kitab suci Al-Qur’an. Setelah diturunkannya kitab yang mulia, yang diberikan kepada
insan yang mulia (nabi Muhammad sallallahu alaihi wasalam), melalui malaikat yang
mulia (jibril alaihissalam), Al-Qur’an memberikan pencerahan bagi bangsa Arab pada
masa itu, barulah terjadi perubahan peradaban yang lebih maju dalam beberapa bidang
kehidupan mereka hingga saat ini.
Dengan ini Al-Qur’an pada hakikatnya menjadikan dunia dan manusianya
menjadi modern, dan kemodernan yang diperankan Al-Qur’an mempunyai aturan dan
keberadaban yang jelas. Berbeda dengan kemoderenan yang sekarang merajalela di
naungan langit Indonesia, kita lebih senang bergaya hidup dengan kemoderenan orangorang barat, padahal pilar-pilar yang diajarkan disana lebih banyak memberikan
madhorot (keburukan) bagi akhlak masyarakat Indonesia terkhusus pada muda
mudinya.
Kalangan pemuda adalah para generasi mereka yang sudah tua, maka sudah
sepantasnya generasi muda harus siap untuk melanjutkan dan mengembangkan apa-apa
yang sudah dibangun oleh orang-orang sebelumnya. Dan keadaan seperti ini akan
berjalan terus menerus dan menjadi pengaruh besar dalam perkembangan sebuah
bangsa dan negara untuk kedepanya.
Maka melalui tulisan ini saya mengajak kepada masyarakat Indonesia terlebih
kepada para pemudanya untuk lebih mengeksistesikan Al-Qur’an, agar terciptanya
negri yang mempunyai kemodernan dan keberadaban yang lebih tertata dan baik,
sebagaimana negri dimana diturunkannya Al-Qur’an.
*Mahasiswa Ma’had Ta’hil
Mudarrisin, Darusy Syahadah
0 komentar :
Posting Komentar