PENDIDIK YANG SESUNGGUHNYA
PENDIDIK YANG SESUNGGUHNYA
Oleh: Fakhruddin Abdussalam *
Sungguh menjadi suatu kebanggaan bagi saya karena bisa melanjutkan study di
fakultas pendidikan yang berbasis boarding school, guna untuk menambah wawasan
keilmuan dan mempersiapkan diri menjadi pendidik yang profesional. Karena menjadi
pendidik sejati tidaklah semudah yang dibayangkan oleh kebanyakan orang, ia tidak
seperti membolak-balikkan tangan yang tadinya di bawah menjadi di atas atau
sebaliknya. Melainkan di dalamnya membutuhkan usaha yang luar biasa guna untuk
menjadikan peserta didik sesuai dengan target yang diinginkan. Sehingga tidak sedikit
yang kita temukan para pendidik yang mengeluh di tengah jalan, karena sulitnya ujian
Ketika Pendidikan Moral diabaikan
Namun satu hal yang sangat saya prihatinkan, pada pendidikan modern ini
terlebih yang ada di Indonesia, secara umum, para pendidik dikatakan sukses apabila
mereka bisa menghasilkan peserta didik yang cerdas, pandai dan pintar secara
akademik walaupun tidak memiliki akhlak yang baik dan pengetahuan agama yang
lurus, padahal apalah guna jika seorang hanya memiliki kecerdasan intelektual namun
tidak memiliki kecerdasan spiritual, itu hanya merugikan dirinya, dan itu semua
disebabkan karena di dalam kelas, mereka lebih banyak mendapatkan dari guru mereka
pelajaran-pelajaran umum daripada pelajaran agama, sehingga tidak mengherankan
banyak kita saksikan generasi-generasi muda saat ini yang tidak memiliki moral.
Terbukti dengan itu semua banyak sekali kejadian yang seharusnya tidak
pantas dilakukan, baik dari peserta didik maupun dari pendidik itu sendiri, dan banyak
sekali dihebohkan dengan kasus-kasus yang menodai lembaga. Salah satunya adalah
peristiwa yang terjadi pada siswa SMK N 5 SEMARANG yang menjadi pelaku
pembunuhan driver taksi online yang mengagetkan orang-orang disekitarnya,
Termasuk kepala sekolahnya. Aksi pembunuhan sadis itu dilakukan hari sabtu (20/1)
sekitar pukul 21.00 WIB saat itu keduanya memesan Grab untuk diantar dari lemah
Gempal ke daerah Sambiroto, dengan belati yang sudah dibawa, IB yang duduk di
belakang sopir langsung menggorok leher korban.
Yang lebih parah lagi meski masih berusia 15 tahun, dua tersangka itu
melakukan aksi cukup sadis karena setelah beraksi mereka membuang jasad di jalan
Cendana, Sambiroto. Handpone korban disembunyikan dengan dikubur di dekat Sungai
Banjir Kanal Barat dan mobil Grand Livina korban diparkir di jalan HOS Cokrominoto.
Dari pengakuan keduanya, aksi sadis dilakukan karena menginginkan uang untuk
membayar biaya sekolah. Namun pihak sekolahan meragukan karena keduanya dari
keluarga mampu.
Hukuman Bukanlah Pelampiasan
Disamiping kurangnya moral pada siswa, para guru hari ini juga masih banyak
yang memberikan hukuman yang tidak sewajarnya kepada peserta didik Salah satunya
sebagaimana yang terjadi di SMPN 4 Poco Ranaka NTT Seorang guru yang bernama
Yosefina Narti yang menghukum 8 (Delapan) siswa menjilat kloset yang akhirnya di
berhentikan dari sekolah melalui surat pemberitahuan oleh kepala sekolah atas perintah
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Manggarai timur. Nauzu billah.
Maka mari kita berteriak dengan keras : Hai..!, ada apa ini dengan dunia
pendidikan?! kenapa kekejaman seakan jadi “ menu “ yang disajikan, baik oleh guru,
antarsiswa maupun pekerja di lingkungan sekolah ?! kenapa para siswa sekarang
mudah sekali dendam, menyerang, menganiaya ? benarkah karena siswa stres dengan
sekolah? Benarkah karena guru juga tertekan sehingga mereka mudah sekali
menghukum siswanya dengan kejam ? Adakah yang salah dengan dunia pendidikan
modern saat ini?
Jika kita renungkan bisakah kita mencetak orang-orang hebat dengan cara
menciptakan hambatan dan rasa takut ? sebagaimana yang terjadi pada generasigenerasi sebelumnya yang pembelajarannya penuh dengan sejuta hukuman yang tidak
sewajarnya diberikan kepada peserta didik, seperi: memukul dengan kayu rotan,
penggaris kayu, ataupun yang semisal dengannya yang mungkin bisa mencedrakan
peserta didik,ditambah lagi dengan seribu satu ungkapan yang tidak sepantasnya
didengar oleh telinga insan.
Maka dari itu saya ingatkan kepada para pendidik hari ini untuk memprbaiki
kembali niat dan tujuan yang sudah disepakati, mendidik bukanlah sekedar profesi
dalam artian hanya perantara untuk memperoleh gaji ataupun rizki, melainkan ia harus
di tekuni dan dijalani untuk meraih derajat-Nya yang tinggi dan masuk ke dalam surgaNya yang kekal abadi.
Jadilah pendidik sebagaimana lukmanul hakim kepada anaknya dan Rosulullah
salallahu alaihi wasallam kepada keluarga dan sahabatnya yang mendidik dengan
penuh kasih sayang yang tidak hanya menjadikan mereka cerdas secara intelektual tapi
juga cerdas secara spiritual. Guna untuk mewujudkan para pemuda dan pemudi yang
akan menjadi pemimpin Negeri yang senantiasa berbakti dan anti korupsi.
*Mahasiswa Ma'had Aly Ta'hil Mudarrisin, Darusy Syahadah
masyaallah
BalasHapus