GENERASI MICIN
GENERASI MICIN
Oleh : Dhimas Fath*
Tepat di belakang rumah saya, tetangga sekaligus teman saya harus ditangkap
dan di jebloskan ke penjara oleh Kapolsek wilayah Wonogiri, hampir tiga tahun yang
lalu, perihal usaha pencurian sepeda motor. Usianya lebih muda dari pada saya,
mungkin ketika mulai mendekam di penjara ia masih berusia 18 tahun, lalu teman satu
desa saya, di bangku menengah pertama harus di keluarkan dari sekolah karena tersebar
video pornografi yang melibatkannya sebagai aktor utama. Kemudian teman sebangku
saya di sekolah dasar juga harus di meninggalkan sekolah dengan rasa malu, karena
telah berbadan dua di waktu SMA.
Hari ini fenomena–fenomena diatas seolah sudah menjadi keumuman
dikalangan masyarakat. Seorang pemuda yang seharusnya menyiapkan diri guna
menjadi pengusung perubahan justru menghancurkan masa depan mereka sendiri.
Disaat mereka harus berfikir keras untuk melanjutkan estafet perjuangan para
pendahulu mereka, para pemuda itu justru terombang – ambing dalam hiruk pikuk
kesenangan dunia. Mereka melupakan betapa besar perjuangan para pemuda dalam
mengusung kemerdekaan negara ini melalui Jong Islamated Bond (JIB) hingga
munculnya Sumpah Pemuda, mereka tidak mengingat betapa dahsyat kontribusi
pemuda dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari ancaman PKI (Partai
Komunis Indonesia).
Kemudian ketika saya membaca kisah orang-orang salaf (orang-orang
terdahulu) saya tidak mampu membandingkan kondisi antara keduanya. Jika dahulu
ada sahabat Rasulallah bernama Usamah bin Zaid yang di usia 17 tahun sudah menjadi
panglima perang, membawahi sahabat-sahabat senior yang usianya terpaut jauh
darinya. Kemudian Zaid bin Tsabit yang di usia 13 tahun dipercaya menjadi sekertaris
Rasulallah, hingga ia ditunjuk menjadi bagian dari tim penyalin Al Qur’an, begitu pula
dengan Imam Syafi’i yang di usia 15 tahun sudah menjadi Mufti. Mereka semua adalah
contoh para pemuda yang menunjukan kualitasnya sebagai seorang pemuda, bukan
pemuda yang eksistensinya hanya sebatas di dunia maya. Mereka adalah pemuda yang
hari ini dirindukan kehadirannya oleh masyarakat, guna menjadi pembaharu yang
mampu mensejahtrakan dan menentramkan masyarakat. Mereka adalah pemuda yang
di harapkan oleh sang Proklamator RI yakni Ir. Soekarno dari yang ia katakan “Berikan
kepadaku sepuluh pemuda akan aku goncangkan dunia”
Pemuda menjadi titik sentral kemajuan suatu bangsa, karena ditangan
merekalah perubahan-perubahan akan terjadi. Jiwa pemuda yang penuh semangat akan
menjadi kekuatan untuk mencapai perubahan. Tak heran jika musuh ingin
menghancurkan suatu bangsa maka cukup baginya untuk menghancurkan pemudanya.
Seperti halnya yang pernah terjadi ketika bangsa Romawi ingin menyerang dan
meruntuhkan Daulah Umayyah di Andalusia. Sebelum melalukan penyerangan mereka
terlebih dahulu mengirim agen untuk memata-matai kondisi pemuda umat islam. Pada
kunjungan pertama agen Romawi mendapati seorang pemuda menangis terisak-isak,
kemudian agen itu bertanya sebab ia menangis, maka pemuda itu menjawab “Aku
menangis karena anak panah yang aku lempar tidak mengenai sasaran”. Kemudian agen
itu kembali menghadap rajanya serta melaporkan yang telah terjadi, hingga sang raja
mengurungkan niatnya untuk melakukan penyerangan dan menundanya di lain waktu.
Ditahun berikutnya bangsa Romawi kembali mengirimkan agennya, maka ia kembali
dapati seorang pemuda yang menangis terisak-isak kemudian ditanyalah sebab ia
menangis, pemuda itu menjawab “Aku menangis karena kekasihku telah
meninggalkanku dan memilih lelaki yang lain”. Maka agen segera menghadap sang
kaisar dan mengabarkan perihal tersebut, dan karena itu juga sang kaisar memutuskan
untuk menyerang umat muslim di Andalusia. Hingga Daulah Umayyah di Andalusia
harus runtuh di tahun 1031 M. Hal diatas merupakan bukti nyata bahwa generasi muda
merupakan pemeran utama dalam eksistensi suatu peradaban, yang berada di garda
terdepan membawa perubahan.
Pemuda Yang Dirindukan
Lalu bagaimanakah seharusnya pemuda hari ini? Apakah yang seharusnya
mereka sifati? Resep yang akan saya tulis bukanlah resep yang keberhasilannya masih
sekedar spekulasi, tetapi resep yang akan saya tulis adalah sebuah resep yang telah
terbukti keberhasilannya, yakni sebagaimana dahulu Sultan Muhammad Al Fatih
pernah mempraktikannya, yang dengannya di usia 21 tahun, dia mampu menaklukan
benteng Konstantinopel yang selama 813 tahun benteng itu tidak dapat di tembus.
Dimasa - masa penaklukan, untuk mencari seorang khotib jum’at, Sultan
Muhammad al Fatih mencari diantara pasukannya seorang yang terbaik. Maka sang
sultan menyortir pasukannya dengan memberi pertanyan.
Pertanyaan pertama, sultan berkata “Siapa diantara kalian yang sejak baligh
hingga hari ini tidak pernah meninggalkan sholat berjamaah di masjid, maka silahkan
berdiri” kemudian berdirilah seluruh pasukan sang sultan karena tidak pernah
meninggalakan sholat berjamaah di masjid.
Pertanyaan yang kedua, Sultan berkata “Siapa yang diantara kalian yang dari
semenjak baligh hingga hari ini tidak pernah meninggalkan shalat rawatib, maka
silahkan berdiri?” kemudian setengah dari pasukan sang sultan berdiri karena tidak
pernah meninggalkan shalat rawatib.
Pertanyaan yang ketiga, Sultan berkata kepada pasukannya “Siapa diantara
kalian yang semenjak baligh hingga hari ini tidak pernah meninggalakan shalat malam,
maka silahkan berdiri?” kemudian tidak ada diantara pasukan sultan yang berdiri,
karena mereka semua pernah meniggalakan sholat malam dalam hidupnya, kecuali
hanya seorang yang berdiri karena tidak pernah meninggalkan sholat malam, ia tiada
lain adalah sang sultan sendiri.
Ketiga pertanyaan sang sultan itulah resep yang saya maksud. Ketika pemuda
hari ini mempunyai ketiga sifat tersebut maka saya yakin ia akan membawa perubahan
bagi bangsanya, ia akan menjadi pemuda yang dirindukan. Karena dengan pertanyaan
itulah sang sultan dan pasukannya menjadi sebaik-baik pemimpin dan sebaik-baik
pasukan, seperti yang telah di janjikan oleh Rasulallah “Kota Konstantinopel akan jatuh
ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan
pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.” (HR.
Ahmad).
*Mahasiswa Mahad Aly Ta'hil Mudarrisin, Dasusy Syahadah
0 komentar :
Posting Komentar