GENERASI MICIN

Rabu, 21 Februari 2018

GENERASI MICIN


GENERASI MICIN
Oleh : Dhimas Fath*

Tepat di belakang rumah saya, tetangga sekaligus teman saya harus ditangkap
dan di jebloskan ke penjara oleh Kapolsek wilayah Wonogiri, hampir tiga tahun yang
lalu,  perihal  usaha  pencurian  sepeda  motor.  Usianya  lebih  muda  dari  pada  saya,
mungkin ketika mulai mendekam di penjara ia masih berusia 18 tahun, lalu teman satu
desa saya, di bangku menengah pertama harus di keluarkan dari sekolah karena tersebar
video pornografi yang melibatkannya sebagai aktor utama. Kemudian teman sebangku
saya di sekolah dasar  juga harus di meninggalkan sekolah dengan  rasa  malu, karena
telah berbadan dua di waktu SMA.

Hari  ini  fenomena–fenomena  diatas  seolah  sudah  menjadi  keumuman
dikalangan  masyarakat.  Seorang  pemuda  yang  seharusnya  menyiapkan  diri  guna
menjadi  pengusung  perubahan  justru  menghancurkan  masa  depan  mereka  sendiri.
Disaat  mereka  harus  berfikir  keras  untuk  melanjutkan  estafet  perjuangan  para
pendahulu  mereka,  para  pemuda  itu  justru  terombang  –  ambing  dalam  hiruk  pikuk
kesenangan  dunia.  Mereka  melupakan  betapa  besar  perjuangan  para  pemuda  dalam
mengusung  kemerdekaan  negara  ini  melalui  Jong  Islamated  Bond  (JIB)  hingga
munculnya  Sumpah  Pemuda,  mereka  tidak  mengingat  betapa  dahsyat  kontribusi
pemuda  dalam  mempertahankan  kemerdekaan  Indonesia  dari  ancaman  PKI  (Partai
Komunis Indonesia).
Kemudian  ketika  saya  membaca  kisah  orang-orang  salaf  (orang-orang
terdahulu) saya tidak mampu membandingkan kondisi antara keduanya. Jika dahulu
ada sahabat Rasulallah bernama Usamah bin Zaid yang di usia 17 tahun sudah menjadi
panglima  perang,  membawahi  sahabat-sahabat  senior  yang  usianya  terpaut  jauh
darinya. Kemudian Zaid bin Tsabit yang di usia 13 tahun dipercaya menjadi sekertaris
Rasulallah, hingga ia ditunjuk menjadi bagian dari tim penyalin Al Qur’an, begitu pula
dengan Imam Syafi’i yang di usia 15 tahun sudah menjadi Mufti. Mereka semua adalah
contoh  para  pemuda  yang  menunjukan  kualitasnya  sebagai  seorang  pemuda,  bukan
pemuda yang eksistensinya hanya sebatas di dunia maya. Mereka adalah pemuda yang
hari  ini  dirindukan  kehadirannya  oleh  masyarakat,  guna  menjadi  pembaharu  yang
mampu mensejahtrakan dan menentramkan masyarakat. Mereka adalah pemuda yang
di harapkan oleh sang Proklamator RI yakni Ir. Soekarno dari yang ia katakan “Berikan
kepadaku sepuluh pemuda akan aku goncangkan dunia”
Pemuda  menjadi  titik  sentral  kemajuan  suatu  bangsa,  karena  ditangan
merekalah perubahan-perubahan akan terjadi. Jiwa pemuda yang penuh semangat akan
menjadi  kekuatan  untuk  mencapai  perubahan.  Tak  heran  jika  musuh  ingin
menghancurkan suatu bangsa maka cukup baginya untuk menghancurkan pemudanya.
Seperti halnya yang pernah terjadi ketika bangsa Romawi ingin menyerang dan
meruntuhkan Daulah Umayyah di Andalusia. Sebelum melalukan penyerangan mereka
terlebih dahulu mengirim agen untuk memata-matai kondisi pemuda umat islam. Pada
kunjungan pertama agen Romawi mendapati seorang pemuda menangis terisak-isak,

kemudian  agen  itu  bertanya  sebab  ia  menangis,  maka  pemuda  itu  menjawab  “Aku
menangis karena anak panah yang aku lempar  tidak mengenai sasaran”. Kemudian agen
itu kembali menghadap rajanya serta melaporkan yang telah terjadi, hingga sang raja
mengurungkan niatnya untuk melakukan penyerangan dan menundanya di lain waktu.
Ditahun berikutnya bangsa Romawi kembali mengirimkan agennya, maka ia kembali
dapati  seorang  pemuda  yang  menangis  terisak-isak  kemudian  ditanyalah  sebab  ia
menangis,  pemuda  itu  menjawab  “Aku  menangis  karena  kekasihku  telah
meninggalkanku dan memilih lelaki yang lain”. Maka agen segera menghadap sang
kaisar dan mengabarkan perihal tersebut, dan karena itu juga sang kaisar memutuskan
untuk menyerang umat muslim di Andalusia. Hingga Daulah Umayyah di Andalusia
harus runtuh di tahun 1031 M. Hal diatas merupakan bukti nyata bahwa generasi muda
merupakan  pemeran  utama  dalam  eksistensi  suatu  peradaban,  yang  berada  di  garda
terdepan membawa perubahan.
Pemuda Yang Dirindukan
Lalu  bagaimanakah  seharusnya  pemuda  hari  ini?  Apakah  yang  seharusnya
mereka sifati? Resep yang akan saya tulis bukanlah resep yang keberhasilannya masih
sekedar  spekulasi,  tetapi  resep  yang  akan  saya  tulis  adalah  sebuah  resep  yang  telah
terbukti  keberhasilannya,  yakni  sebagaimana  dahulu  Sultan  Muhammad  Al  Fatih
pernah mempraktikannya, yang dengannya  di usia 21 tahun,  dia mampu menaklukan
benteng Konstantinopel yang selama 813 tahun benteng itu tidak dapat di tembus.
Dimasa  -  masa  penaklukan,  untuk  mencari  seorang  khotib  jum’at,  Sultan
Muhammad al Fatih mencari diantara pasukannya seorang  yang terbaik. Maka sang
sultan menyortir pasukannya dengan memberi pertanyan.

Pertanyaan  pertama,  sultan  berkata  “Siapa  diantara  kalian  yang  sejak  baligh
hingga hari ini tidak pernah meninggalkan sholat berjamaah di masjid, maka silahkan
berdiri”  kemudian  berdirilah  seluruh  pasukan  sang  sultan  karena  tidak  pernah
meninggalakan sholat berjamaah di masjid.
Pertanyaan yang kedua, Sultan berkata “Siapa yang diantara kalian yang dari
semenjak  baligh  hingga  hari  ini  tidak  pernah  meninggalkan  shalat  rawatib,  maka
silahkan  berdiri?”  kemudian  setengah  dari  pasukan  sang  sultan  berdiri  karena  tidak
pernah meninggalkan shalat rawatib.
Pertanyaan  yang  ketiga,  Sultan  berkata  kepada  pasukannya  “Siapa  diantara
kalian yang semenjak baligh hingga hari ini tidak pernah meninggalakan shalat malam,
maka  silahkan  berdiri?”  kemudian  tidak  ada    diantara  pasukan  sultan  yang  berdiri,
karena  mereka  semua  pernah  meniggalakan  sholat  malam  dalam  hidupnya,  kecuali
hanya seorang  yang berdiri karena tidak pernah meninggalkan sholat malam, ia tiada
lain adalah sang sultan sendiri.
Ketiga pertanyaan sang sultan itulah resep yang saya maksud. Ketika pemuda
hari ini mempunyai ketiga sifat tersebut maka saya yakin ia akan membawa perubahan
bagi bangsanya, ia akan menjadi pemuda yang dirindukan. Karena dengan pertanyaan
itulah  sang  sultan  dan  pasukannya  menjadi   sebaik-baik  pemimpin  dan  sebaik-baik
pasukan, seperti yang telah di janjikan oleh Rasulallah “Kota Konstantinopel akan jatuh
ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan
pasukan  yang  berada  di  bawah  komandonya  adalah  sebaik-baik  pasukan.”  (HR.
Ahmad).

*Mahasiswa Mahad Aly Ta'hil Mudarrisin, Dasusy Syahadah

0 komentar :

Posting Komentar